Klaten(JAWA
TENGAH),BM--- Klaten memiliki varietas padi lokal yang sangat terkenal,
Rojolele namanya. Tekstur beras yang pulen, rasa nasi enak, dan aromanya yang
wangi menyebabkan beras Rojolele banyak dicari orang untuk dikonsumsi. Namun
saat ini beras tersebut sangat sulit dicari, kalaupun ada harganya mahal.
Umur
panen yang panjang, sekitar 155 hari atau 5 bulan lebih, dan tinggi tanaman
mencapai satu setengah meter menyebabkan petani enggan untuk menanam Rojolele
ini. Sejak tahun 2013, inisiasi dari Bambang Sigit Sinugroho (sekarang Kepala
Bappeda Klaten), pada waktu itu datang ke BATAN, untuk membahas kerja sama
pengembangan varietas padi lokal Klaten Rojolele.
Saat
ini fase waktu pengembangan varietas padi lokal Rojolele telah memasuki
generasi M6. Bupati Klaten dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Bappeda
Klaten Bambang Sigit Sinugroho dikatakan bahwa umur panen Rojolele selama ini
mencapai 5 bulan dengan tinggi lebih dari 1,5 meter. Pada tahap M6 ini, tinggi
tanaman sudah dipendekan menjadi 110 sentimeter saja, sedangkan umur hingga
panen hanya 115 hari.
Lebih
lanjut dikatakan Bambang bahwa saat ini pengembangannya dititikberatkan pada
ketahanan hama wereng coklat dan bakteri lainnya.
“Secara
hasil pengembangan ini sudah menunjukkan produksi yang tinggi. Untuk seribu
meter telah dihasilkan 1 ton, jika dikonversikan ke satu hektar berarti bisa
mencapai 10 ton”, kata Bambang. Hal ini jelas cukup menjanjikan sekali, namun
masih menunggu hasil pengujian lainnya. Setelah itu baru bisa disebarluaskan
untuk dibudidayakan. “Paling cepat tahun 2018 akan selesai”, demikian Bambang.
Deputi
Pendayagunaan Teknologi Nuklir BATAN, Dr. Hendig Winarno dalam sambutannya
menyampaikan bahwa program ATP (Agro Tecno Park) ini, kedepan nantinya
diharapkan akan tumbuh berkembang UKM-UKM berikutnya yang akan bisa
memanfaatkan ATP. “Misalnya, ketika menanam padi, tidak hanya menanam begitu
saja, tetapi juga ada usaha penangkar atau produsen benih”, demikian jelas
Hendig.
Selain
itu ada tanaman kedelai, maka perlu dipikirkan bagaimana industrinya dengan
mengajak pihak lain yang memang ahli dibidang industri kedelai. Sehingga
nantinya, tugas BATAN untuk membangun daerah bisa tumbuh dan berkembang.
“Ïtulah yang menjadi akhir tujuan dari program ATP”, kata Hendig.
Sarasehan
ATP Klaten diselenggarakan di Pendopo Kabupaten, diikuti sekitar 170 undangan
yang terdiri dari 26 unsur kecamatan di kabupaten Klaten, unsur pokja ATP, juga
unsur kelompok tani, dan juga para kepala desa. Tujuan sarasehan ini adalah
ingin mendiseminasikan dan mensosialisasikan kegiatan ATP yang harapannya
kegiatan ini kedepan akan bisa terus berkembang, tidak hanya meliputi beberapa
desa di kecamatan Karangdowo, Trucuk dan Jatinom, tapi nantinya seluruh 26
kecamatan ini nantinya bisa mengaplikasikan kegitan sistem pertanian terpadu
yang berbasis pada teknologi.
#batan.co.id/biw