JAKARTA.BM- Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telah menyelesaikan pelatihan pengolahan produk rumput laut dalam rangka memenuhi komitmennya dalam peningkatan kapasitas untuk negara-negara Pasifik. Pemerintah Indonesia mengundang 4 peserta dari Solomon Islands untuk mengikuti pelatihan pengembangan produk rumput laut di Ohoi Letvuan, Maluku Tenggara. Keempat peserta telah menghadiri program pelatihan, yang merupakan proyek pilot dengan melibatkan gereja serta komunitas gereja setempat dalam aktivitasnya, selama 2 bulan sejak Juni 2017. Para peserta berasal dari Marau Sound dan Kepulauan Russel hadir untuk mempelajari dan berbagi pengalaman dalam bidang pengolahan dan pengembangan produk rumput laut.
Kegiatan dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri, bekerja sama dengan Keuskupan Ambonia dan bertujuan untuk mempromosikan program pembangunan peningkatan kapasitas dan kerja sama teknik. Melalui kerja sama teknik ini Pemerintah Indonesia mempromosikan peningkatan kapasitas tersebut dengan saling berbagi informasi, wawasan, dan pengalaman dengan negara-negara tetangganya. Melalui pelatihan ini, peserta dari Solomon Islands diharapkan dapat mempelajari teknik pengolahan produk rumput laut, dan belajar dari kisah sukses masyarakat desa Ohoi Letvuan dalam pengembangan produk rumput laut. Komunitas pengembang produk rumput laut setempat dapat menjadi contoh yang ideal bagi peserta untuk belajar selama mereka tinggal di Desa Letvuan. Selain itu diharapkan terjalin nya pemahaman yang lebih baik antara masyarakat Indonesia dengan Marau Sound dan juga Kepulauan Russel.
Program pengembangan produk rumput laut telah resmi dibuka pada 14 Juni 2017 di Langgur, Maluku Tenggara. Para peserta kemudian mengikuti bimbingan teknik pada tanggal 15-17 Juni 2017 yang diberikan oleh para ahli dari Indonesia serta mengikuti pelatihan bersama dengan penduduk wilayah setempat selama 2 bulan. Di penghujung program pelatihan, para peserta belajar dan berlatih cara pengolahan produk rumput laut, yang kelak akan dibagikan kepada masyarakat tempat asalnya di Marau Sound dan Kepulauan Russel.
Pada acara penutupan program pelatihan ini, Plt. Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Duta Besar Niniek K. Naryatie mengharapkan agar para peserta dapat menerapkan pengalaman selama pelatihannya di Indonesia ketika nanti mereka kembali ke negaranya dan memprakarsai usaha kecil dengan menggunakan rumput laut sebagai bahan mentah.
Pada kesempatan tersebut hadir antara lain Wakil Bupati Maluku Tenggara, Yunus Serang, perwakilan Keuskupan Ambonia, serta wakil masyarakat Letvuan. Pastor Sandro Letsoin, mewakili Keuskupan Amboina, menyatakan bahwa pelaksanaan proyek pilot ini Gereja dan komunitas warga Ohoi Letvuan diberikan peran cukup besar dan diharapkan mampu memberikan pemahaman sekaligus mempererat jalin kontak antara masyarakat kedua negara.
Beberapa jam sebelum upacara penutupan, para peserta dilepas dalam sebuah ritual adat oleh warga setempat setelah 2 bulan menjalani kebersamaan selama program pelatihan. Ritual adat tersebut diwarnai suasana emosional oleh warga yang telah menganggap mereka sebagai anak dan saudara angkat. Meski merasa sedih, namun warga dengan penuh persahabatan melepas kepulangan anak dan saudara angkat mereka tersebut kembali ke negara asalnya, Solomon Islands.
Dalam kurun 2014-2017 (April 2017) telah diselenggarakan 50 program pelatihan yang diikuti oleh 595 orang peserta asal Pasifik dari negara-negara Australia, Cook Islands, asal Fiji, Kiribati, Marshal Islands, Nauru, Palau, PNG, Selandia Baru, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, Vanuatu, dan New Caledonia.
Khusus untuk Solomon Islands, pada tahun 2015—2016 Pemri telah memberikan bantuan kerja sama teknik berupa 14 program pelatihan pengembangan kapasitas kepada 71 orang peserta dari Solomon dalam sektor Kelautan dan Perikanan, Pendidikan, Pertanian, UKM, Media, Otomotif, serta Kerajinan.
Kegiatan dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri, bekerja sama dengan Keuskupan Ambonia dan bertujuan untuk mempromosikan program pembangunan peningkatan kapasitas dan kerja sama teknik. Melalui kerja sama teknik ini Pemerintah Indonesia mempromosikan peningkatan kapasitas tersebut dengan saling berbagi informasi, wawasan, dan pengalaman dengan negara-negara tetangganya. Melalui pelatihan ini, peserta dari Solomon Islands diharapkan dapat mempelajari teknik pengolahan produk rumput laut, dan belajar dari kisah sukses masyarakat desa Ohoi Letvuan dalam pengembangan produk rumput laut. Komunitas pengembang produk rumput laut setempat dapat menjadi contoh yang ideal bagi peserta untuk belajar selama mereka tinggal di Desa Letvuan. Selain itu diharapkan terjalin nya pemahaman yang lebih baik antara masyarakat Indonesia dengan Marau Sound dan juga Kepulauan Russel.
Program pengembangan produk rumput laut telah resmi dibuka pada 14 Juni 2017 di Langgur, Maluku Tenggara. Para peserta kemudian mengikuti bimbingan teknik pada tanggal 15-17 Juni 2017 yang diberikan oleh para ahli dari Indonesia serta mengikuti pelatihan bersama dengan penduduk wilayah setempat selama 2 bulan. Di penghujung program pelatihan, para peserta belajar dan berlatih cara pengolahan produk rumput laut, yang kelak akan dibagikan kepada masyarakat tempat asalnya di Marau Sound dan Kepulauan Russel.
Pada acara penutupan program pelatihan ini, Plt. Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Duta Besar Niniek K. Naryatie mengharapkan agar para peserta dapat menerapkan pengalaman selama pelatihannya di Indonesia ketika nanti mereka kembali ke negaranya dan memprakarsai usaha kecil dengan menggunakan rumput laut sebagai bahan mentah.
Pada kesempatan tersebut hadir antara lain Wakil Bupati Maluku Tenggara, Yunus Serang, perwakilan Keuskupan Ambonia, serta wakil masyarakat Letvuan. Pastor Sandro Letsoin, mewakili Keuskupan Amboina, menyatakan bahwa pelaksanaan proyek pilot ini Gereja dan komunitas warga Ohoi Letvuan diberikan peran cukup besar dan diharapkan mampu memberikan pemahaman sekaligus mempererat jalin kontak antara masyarakat kedua negara.
Beberapa jam sebelum upacara penutupan, para peserta dilepas dalam sebuah ritual adat oleh warga setempat setelah 2 bulan menjalani kebersamaan selama program pelatihan. Ritual adat tersebut diwarnai suasana emosional oleh warga yang telah menganggap mereka sebagai anak dan saudara angkat. Meski merasa sedih, namun warga dengan penuh persahabatan melepas kepulangan anak dan saudara angkat mereka tersebut kembali ke negara asalnya, Solomon Islands.
Dalam kurun 2014-2017 (April 2017) telah diselenggarakan 50 program pelatihan yang diikuti oleh 595 orang peserta asal Pasifik dari negara-negara Australia, Cook Islands, asal Fiji, Kiribati, Marshal Islands, Nauru, Palau, PNG, Selandia Baru, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, Vanuatu, dan New Caledonia.
Khusus untuk Solomon Islands, pada tahun 2015—2016 Pemri telah memberikan bantuan kerja sama teknik berupa 14 program pelatihan pengembangan kapasitas kepada 71 orang peserta dari Solomon dalam sektor Kelautan dan Perikanan, Pendidikan, Pertanian, UKM, Media, Otomotif, serta Kerajinan.
#Feri/Direktorat Kerja Sama Teknik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
No comments:
Post a Comment