Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Wednesday, November 29, 2017

Rotasi Bumi Melambat Akan Berpotensi Memicu Lebih Banyak Gempa


Periode rotasi lambat selama 100 tahun terakhir bertepatan dengan gempa bumi yang lebih banyak daripada rata-rata, demikian menurut penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Geological Society of America bulan lalu.

"Jumlah gempa bumi yang terjadi setiap tahun selama abad terakhir diketahui dengan baik. Perubahan kecepatan rotasi Bumi pun diketahui dengan baik," ujar rekan penulis studi, Roger Bilham, ahli geofisika di University of Colorado Boulder kepada Live Science.

Ia lantas melanjutkan,"Yang kami lakukan adalah membandingkan kedua daftar angka ini dan melaporkan hubungan menarik dan bermanfaat."

Gagasan dasarnya adalah saat putaran Bumi sedikit melambat, khatulistiwa menyusut. Namun, lempeng tektonik tidak menyusut dengan mudah, sehingga ujung-ujung lempeng terhimpit. Meski tenaga himpitannya tak terlalu besar, hal itu menambah tekanan pada batas lempeng yang sudah mengalami tekanan. Akibatnya, gempa lebih mungkin terjadi, jelas Bilham.

Pola historis

Bilham dan rekannya, Rebecca Bendick, ahli geofisika di University of Montana di Missoula, mengamati sejarah gempa bumi bermagnitude 7 atau lebih sejak 1900.

Rata-rata, ada 15 gempa bumi besar pertahun sejak 1900. Namun, selama periode tertentu, planet kita mengalami 25 hingga 35 gempa bumi yang bermagnitude lebih dari 7 dalam setahun.

Saat tim periset mengamati lebih seksama, mereka menemukan periode tersebut bertepatan dengan saat bumi berputar lebih lambat, yang berarti hari-hari sedikit lebih panjang. Perubahan kecepatan rotasi Bumi dapat disebabkan oleh pola cuaca seperti El Nino, arus laut, dan arus di inti cair planet ini. Saat cairan bergerak lebih cepat, Bumi yang padat pasti melambat, kata Bilham.

"Karena NASA melacak panjang hari ke mikrodetik, kemunduran rotasi Bumi ini dapat diperkirakan lima tahun sebelumnya," kata Bilham.

Berdasarkan data, Bumi tengah memasuki periode rotasi lambat yang berkepanjangan. Akibatnya, tahun depan bisa terjadi lebih banyak gempa, jika data sebelumnya merupakan indikasi. Tahun pertama kemungkinan ada sekitar 15 gempa bumi bermagnitude 7 atau lebih, dan empat tahun selanjutnya bisa mendekati 20 gempa bumi, jelas Bilham.

"Mengetahui bahwa gempa bumi akan terjadi lebih sering dalam lima, enam, atau tujuh tahun sebelumnya sangat berguna karena jika badan perencanaan kota mempertimbangkan pembangunan tahan gempa, mereka bisa melakukannya sekarang ketimbang nanti," ujar Bilham.

Namun, efek ini kemungkinan hanya akan berdampak pada patahan yang sudah mengalami tekanan dan berisiko pecah.

"Kami tidak memiliki informasi tentang di mana gempa ini akan terjadi, kecuali bahwa mereka akan terjadi di batas-batas lempeng dunia," pungkas Bilham.

"Ini efek yang sangat menarik," kata Amos Nur, seorang ahli geofisika di Stanford University di California, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. "Meskipun laju rotasi berubah begitu kecil, ukuran massa [bumi] dan inersia begitu besar, Anda tidak memerlukan perubahan rotasi yang besar untuk mengalami perubahan tekanan."

"Ilmuwan masih memiliki pemahaman yang buruk tentang apa yang memicu gempa bumi, dan tidak memiliki cara untuk memprediksi gempa bumi, jadi tidak mungkin untuk secara definitif menghubungkan gempa yang ada dengan rotasi bumi," kata Nur. 

"Meski begitu, ada beberapa cara untuk memvalidasi ide dasar peneliti," kata Nur.

"Langkah selanjutnya adalah kembali dan mencoba memodelkan apa yang terjadi pada tekanan di dalam Bumi ketika rotasinya berubah," ujar Nur kepada Live Science.

#Gan/ Live Science

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Sabtu 11 Januari 2025"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS