Presiden Jokowi di pembukaan Konvensi Nasional Humas 4.0 di Istana Negara, Senin (10/12) (foto; twitter @jokowi) |
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Pak Menteri Kominfo, Bapak Kepala Staf Kepresidenan,
Yang saya hormati Ketua Umum beserta seluruh jajaran pengurus Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia) dan seluruh anggota Perhumas, praktisi humas, praktisi komunikasi,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama mohon maaf, bukan saya salah kostum, tidak, karena sehabis ini saya harus melantik gubernur. Saya sudah tahu tadi diberitahu batik, tapi kalau saya pakai batik nanti saya lepas lagi ganti jas lagi bolak-balik, gonta-ganti pakaian. Yang biasanya, itu saya lakukan sehari bisa ganti empat, lima, enam kali-an gonta-ganti acara. Tapi ini tadi sudah, saya enggak mau ganti, sudah pakai saja, enggak apa-apa. Tapi sekali lagi di depan saya mohon maaf dulu kalau ada yang mikir nanti salah kostum.
Jadi pertama, saya ingin mengucapkan selamat datang di Istana Negara. Jarang-jarang Konvensi Humas Nasional dibuka di Istana Negara. Seminggu yang lalu saya diberitahu, ya kita buka di Istana Negara, karena dalam dunia yang semakin kompetitif seperti sekarang ini, peran humas sangat-sangat sentral, sangat-sangat penting.
Saya berikan contoh kecil. Kita ingin mendatangkan wisatawan yang banyak dari mancanegara. Untuk itu, kita perbaiki fasilitas infrastruktur. Runway diperpanjang, terminal diperbaiki, jalur transportasi diperbaiki, hotel dan lain-lain kita siapkan, kita juga promosi kemana-mana. Tapi harus diingat kalau pemberitaannya kurang tepat, itu percuma semuanya dan wisatawan enggak mau datang, tidak jadi datang.
Demikian pula dengan upaya kita mengundang investasi. Kita melakukan penyederhanaan izin, melakukan percepatan izin, deregulasi, debirokratisasi. Tapi juga percuma, hal ini bisa terganggu kalau citra kita tidak kita bangun di mata internasional, percuma pekerjaan itu.
Di sinilah pentingnya kehumasan. Sebagaimana tadi disampaikan oleh Ketua Perhumas, Bapak Agung Laksamana bahwa pada dasarnya peran humas adalah menyosialisasikan pesan positif dan prestasi-prestasi kepada publik agar terbangun sebuah kepercayaan, agar terbangun sebuah trust dan reputasi lembaganya.
Bagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara humasnya perusahaan, ya berkewajiban untuk membangun reputasi perusahaan, membangun trust kepada perusahaan kita tanpa memberitakan tentang keburukan perusahaan yang lain, apalagi menebarkan hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian.
Bagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang menjadi humasnya pemerintah, ya sama, berkewajiban membangun reputasi pemerintah, membangun trust masyarakat kepada pemerintah tanpa memberitakan tentang keburukan siapapun, apalagi, sekali lagi, menebarkan hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian. Karena itu, seperti yang tadi saya bilang, kehumasan sangat penting dan peran Bapak-Ibu sangat sentral untuk membangun trust, untuk membangun reputasi Indonesia.
Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia,
Di tengah melubernya informasi, baik teks, baik gambar, maupun video, kita prihatin menyaksikan munculnya konten-konten negatif, berita provokatif, adu domba, kabar bohong yang akhir-akhir ini banyak sekali kita lihat, yang jelas-jelas tidak mengindahkan etika dalam menyampaikan informasi. Bahkan dengan kepentingan tertentu, memang sengaja disebar untuk membangkitkan rasa takut, membangkitkan pesimisme, menebar ketakutan, menebar kecemasan, menebar kekhawatiran, dan juga perasaan-perasaan terancam.
Menghadapi hal itu, memang tidak cukup dengan regulasi dan penegakan hukum. Tidak cukup, tidak cukup. Diperlukan adalah literasi digital sehingga warga masyarakat tidak hanya mampu menggunakan teknologi informasi digital tapi juga warga masyarakat mampu memilih dan memilah informasi. Mampu melakukan cross-check, mampu melakukan klarifikasi jika menerima sebuah informasi.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Pak Menteri Kominfo, Bapak Kepala Staf Kepresidenan,
Yang saya hormati Ketua Umum beserta seluruh jajaran pengurus Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia) dan seluruh anggota Perhumas, praktisi humas, praktisi komunikasi,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama mohon maaf, bukan saya salah kostum, tidak, karena sehabis ini saya harus melantik gubernur. Saya sudah tahu tadi diberitahu batik, tapi kalau saya pakai batik nanti saya lepas lagi ganti jas lagi bolak-balik, gonta-ganti pakaian. Yang biasanya, itu saya lakukan sehari bisa ganti empat, lima, enam kali-an gonta-ganti acara. Tapi ini tadi sudah, saya enggak mau ganti, sudah pakai saja, enggak apa-apa. Tapi sekali lagi di depan saya mohon maaf dulu kalau ada yang mikir nanti salah kostum.
Jadi pertama, saya ingin mengucapkan selamat datang di Istana Negara. Jarang-jarang Konvensi Humas Nasional dibuka di Istana Negara. Seminggu yang lalu saya diberitahu, ya kita buka di Istana Negara, karena dalam dunia yang semakin kompetitif seperti sekarang ini, peran humas sangat-sangat sentral, sangat-sangat penting.
Saya berikan contoh kecil. Kita ingin mendatangkan wisatawan yang banyak dari mancanegara. Untuk itu, kita perbaiki fasilitas infrastruktur. Runway diperpanjang, terminal diperbaiki, jalur transportasi diperbaiki, hotel dan lain-lain kita siapkan, kita juga promosi kemana-mana. Tapi harus diingat kalau pemberitaannya kurang tepat, itu percuma semuanya dan wisatawan enggak mau datang, tidak jadi datang.
Demikian pula dengan upaya kita mengundang investasi. Kita melakukan penyederhanaan izin, melakukan percepatan izin, deregulasi, debirokratisasi. Tapi juga percuma, hal ini bisa terganggu kalau citra kita tidak kita bangun di mata internasional, percuma pekerjaan itu.
Di sinilah pentingnya kehumasan. Sebagaimana tadi disampaikan oleh Ketua Perhumas, Bapak Agung Laksamana bahwa pada dasarnya peran humas adalah menyosialisasikan pesan positif dan prestasi-prestasi kepada publik agar terbangun sebuah kepercayaan, agar terbangun sebuah trust dan reputasi lembaganya.
Bagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara humasnya perusahaan, ya berkewajiban untuk membangun reputasi perusahaan, membangun trust kepada perusahaan kita tanpa memberitakan tentang keburukan perusahaan yang lain, apalagi menebarkan hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian.
Bagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang menjadi humasnya pemerintah, ya sama, berkewajiban membangun reputasi pemerintah, membangun trust masyarakat kepada pemerintah tanpa memberitakan tentang keburukan siapapun, apalagi, sekali lagi, menebarkan hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian. Karena itu, seperti yang tadi saya bilang, kehumasan sangat penting dan peran Bapak-Ibu sangat sentral untuk membangun trust, untuk membangun reputasi Indonesia.
Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia,
Di tengah melubernya informasi, baik teks, baik gambar, maupun video, kita prihatin menyaksikan munculnya konten-konten negatif, berita provokatif, adu domba, kabar bohong yang akhir-akhir ini banyak sekali kita lihat, yang jelas-jelas tidak mengindahkan etika dalam menyampaikan informasi. Bahkan dengan kepentingan tertentu, memang sengaja disebar untuk membangkitkan rasa takut, membangkitkan pesimisme, menebar ketakutan, menebar kecemasan, menebar kekhawatiran, dan juga perasaan-perasaan terancam.
Menghadapi hal itu, memang tidak cukup dengan regulasi dan penegakan hukum. Tidak cukup, tidak cukup. Diperlukan adalah literasi digital sehingga warga masyarakat tidak hanya mampu menggunakan teknologi informasi digital tapi juga warga masyarakat mampu memilih dan memilah informasi. Mampu melakukan cross-check, mampu melakukan klarifikasi jika menerima sebuah informasi.
Cuitan Presiden Jokowi di twitter @jokowi
Konvensi Nasional Humas 4.0 di Jakarta, pagi tadi. Jika humas perusahaan membangun reputasi dan kepercayaan pelanggan tanpa menjelekkan perusahaan lain, maka humas pemerintah membangun kepercayaan masyarakat tanpa memberitakan keburukan siapa pun, hoaks, fitnah, dan kebencian. pic.twitter.com/cJEP2bbPgx— Joko Widodo (@jokowi) 10 Desember 2018
Kemajuan teknologi informasi digital yang sangat cepat harus diimbangi dengan standar moral. Sekali lagi, kemajuan teknologi informasi digital yang sangat cepat harus diimbangi dengan standar moral dan etika yang tinggi dari penggunanya. Karena itu saya apresiasi konsistensi Perhumas yang selama ini terus mengusung hashtag #IndonesiaBicaraBaik. Ini sangat bagus. Saya lihat hashtag ini muncul di setiap acara Perhumas, di website-nya, di surat-suratnya, di backdrop-backdrop acaranya, di poster-poster Perhumas. Ini bagus, bahwa Indonesia harus bicara baik.
Saya sangat setuju dengan gerakan #IndonesiaBicaraBaik. Ini sebuah gerakan sosial, ajakan untuk hijrah. Ajakan untuk hijrah dari pesimisme menuju optimisme, membangkitkan optimisme Indonesia. Ajakan untuk hijrah dari semangat negatif ke semangat positif, dari hoaks ke fakta, dari kemarahan-kemarahan ke kesabaran-kesabaran, dari hal-hal yang buruk-buruk menjadi hal yang baik-baik. Hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan.
Tentu bicara baik bukan berarti kita menutup fakta bahwa masih ada yang kurang. Masih banyak yang kurang, iya, tapi kita harus jujur bahwa masih ada yang perlu diperbaiki, dibenahi, direformasi. Masih ada kerja-kerja yang terus harus kita percepat dan tidak bisa tidak. Kalau mau Indonesia baik, kalau mau Indonesia maju kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data tetapi bukan pembodohan atau kebohongan. Kritik yang mencerdaskan tapi bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti.
Tadi Bapak Ketua Umum Perhumas telah menyampaikan bahwa dunia kehumasan sudah berubah sangat cepat. Sekarang kita sudah masuk kepada Revolusi Industri 4.0, revolusi industri jilid keempat. Dan kehumasan pun harus masuk ke kehumasan 4.0. Revolusi Industri 4.0 telah menyediakan berbagai teknologi yang bisa membantu dan sekaligus bisa, hati-hati juga, bisa mengambil alih tugas-tugas kehumasan. Advanced robotic, artificial intelligence, big data analytics, saya kira sekarang hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai itu.
Sekarang ini kita juga dengan mudah bisa memperoleh laporan tentang media monitoring, analisis pemberitaan dengan cara mudah, secara cepat, real time. Bahkan mesin juga bisa sekaligus memberikan saran-saran kepada kita apa yang perlu dimitigasi, apa yang perlu diberitakan kembali, dan apa yang harus ditindaklanjuti. Yang melakukan media monitoring setiap saat dan real time tersebut bukan lagi manusia tetapi artificial intelligence. Big data analytics yang melakukan adalah analytics engine, sebuah teknologi yang mampu memahami lanskap digital, yang mampu membaca tren dan mampu menulis berita sendiri.
Ini saya rasakan empat tahun yang lalu, saya waktu masuk di Silicon Valley. Saya masuk ke markasnya Twitter, markasnya Facebook, markasnya Google, markasnya Plug and Play betul-betul perubahan itu nampak sekali, kelihatan sekali. Dan itulah yang harus kita respons, itulah yang harus kita antisipasi dan kita persiapkan bahwa ada perubahan-perubahan yang sangat cepat, yang menurut McKinsey Global Institute, Revolusi Industri 4.0 ini dampaknya bisa 3.000 kali lebih cepat dari revolusi industri yang pertama. Artinya akan ada sebuah kecepatan yang sangat cepat sekali perubahan-perubahan yang terjadi.
Artinya, kembali lagi, pekerjaan kehumasan sekarang ini banyak dibantu oleh mesin-mesin canggih yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Sekarang ini peran tenaga kehumasan sudah mulai diambil alih sebagian oleh komputer dan robot canggih tersebut. Oleh karena itu, penguasaan teknologi terbaru menjadi sangat penting untuk kita gunakan secara positif. Dan di saat yang sama, dibutuhkan redefinisi baru mengenai kehumasan kita ke depan.
Namun, saya yakin kerja-kerja kehumasan tidak akan bisa diambil sepenuhnya oleh artificial intelligence, ndak. Saya percaya ini. Kerja mesin tetap dikendalikan oleh manusia. Yang memutuskan arah kerja mesin tetap adalah manusia. Yang memutuskan narasi-narasi kehumasan juga adalah Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya, bukan mesin, tetap manusia. Dan pada akhirnya, kita jugalah yang harus menjaga kehumasan 4.0 ini, akan terus menjunjung tinggi keadaban, kearifan, kreativitas, dan tanggung jawab sosial. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama tetap terus menebarkan optimisme, terus bicara narasi-narasi yang mencerdaskan bangsa, terus menyampaikan narasi yang saling menginspirasi, terus kita saling berkolaborasi sehingga reputasi kita semakin terhormat, semakin bermartabat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya resmi membuka Konvensi Nasional Humas 4.0.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya sangat setuju dengan gerakan #IndonesiaBicaraBaik. Ini sebuah gerakan sosial, ajakan untuk hijrah. Ajakan untuk hijrah dari pesimisme menuju optimisme, membangkitkan optimisme Indonesia. Ajakan untuk hijrah dari semangat negatif ke semangat positif, dari hoaks ke fakta, dari kemarahan-kemarahan ke kesabaran-kesabaran, dari hal-hal yang buruk-buruk menjadi hal yang baik-baik. Hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan.
Tentu bicara baik bukan berarti kita menutup fakta bahwa masih ada yang kurang. Masih banyak yang kurang, iya, tapi kita harus jujur bahwa masih ada yang perlu diperbaiki, dibenahi, direformasi. Masih ada kerja-kerja yang terus harus kita percepat dan tidak bisa tidak. Kalau mau Indonesia baik, kalau mau Indonesia maju kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data tetapi bukan pembodohan atau kebohongan. Kritik yang mencerdaskan tapi bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti.
Tadi Bapak Ketua Umum Perhumas telah menyampaikan bahwa dunia kehumasan sudah berubah sangat cepat. Sekarang kita sudah masuk kepada Revolusi Industri 4.0, revolusi industri jilid keempat. Dan kehumasan pun harus masuk ke kehumasan 4.0. Revolusi Industri 4.0 telah menyediakan berbagai teknologi yang bisa membantu dan sekaligus bisa, hati-hati juga, bisa mengambil alih tugas-tugas kehumasan. Advanced robotic, artificial intelligence, big data analytics, saya kira sekarang hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai itu.
Sekarang ini kita juga dengan mudah bisa memperoleh laporan tentang media monitoring, analisis pemberitaan dengan cara mudah, secara cepat, real time. Bahkan mesin juga bisa sekaligus memberikan saran-saran kepada kita apa yang perlu dimitigasi, apa yang perlu diberitakan kembali, dan apa yang harus ditindaklanjuti. Yang melakukan media monitoring setiap saat dan real time tersebut bukan lagi manusia tetapi artificial intelligence. Big data analytics yang melakukan adalah analytics engine, sebuah teknologi yang mampu memahami lanskap digital, yang mampu membaca tren dan mampu menulis berita sendiri.
Ini saya rasakan empat tahun yang lalu, saya waktu masuk di Silicon Valley. Saya masuk ke markasnya Twitter, markasnya Facebook, markasnya Google, markasnya Plug and Play betul-betul perubahan itu nampak sekali, kelihatan sekali. Dan itulah yang harus kita respons, itulah yang harus kita antisipasi dan kita persiapkan bahwa ada perubahan-perubahan yang sangat cepat, yang menurut McKinsey Global Institute, Revolusi Industri 4.0 ini dampaknya bisa 3.000 kali lebih cepat dari revolusi industri yang pertama. Artinya akan ada sebuah kecepatan yang sangat cepat sekali perubahan-perubahan yang terjadi.
Artinya, kembali lagi, pekerjaan kehumasan sekarang ini banyak dibantu oleh mesin-mesin canggih yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Sekarang ini peran tenaga kehumasan sudah mulai diambil alih sebagian oleh komputer dan robot canggih tersebut. Oleh karena itu, penguasaan teknologi terbaru menjadi sangat penting untuk kita gunakan secara positif. Dan di saat yang sama, dibutuhkan redefinisi baru mengenai kehumasan kita ke depan.
Namun, saya yakin kerja-kerja kehumasan tidak akan bisa diambil sepenuhnya oleh artificial intelligence, ndak. Saya percaya ini. Kerja mesin tetap dikendalikan oleh manusia. Yang memutuskan arah kerja mesin tetap adalah manusia. Yang memutuskan narasi-narasi kehumasan juga adalah Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya, bukan mesin, tetap manusia. Dan pada akhirnya, kita jugalah yang harus menjaga kehumasan 4.0 ini, akan terus menjunjung tinggi keadaban, kearifan, kreativitas, dan tanggung jawab sosial. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama tetap terus menebarkan optimisme, terus bicara narasi-narasi yang mencerdaskan bangsa, terus menyampaikan narasi yang saling menginspirasi, terus kita saling berkolaborasi sehingga reputasi kita semakin terhormat, semakin bermartabat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya resmi membuka Konvensi Nasional Humas 4.0.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
# Gan | Setkab
No comments:
Post a Comment