Kepolisian Sri Lanka tengah memburu 140 orang yang diyakini terlibat kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). (foto; AFP) |
Kolombo(SRI LANKA).BM- Kepolisian Sri Lanka tengah memburu 140 orang yang diyakini terlibat kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang mengklaim bertanggung jawab atas rentetan serangan bom yang menewaskan 253 orang saat perayaan Paskah.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/4/2019), hal tersebut disampaikan oleh Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, dalam pernyataan terbaru saat mengumumkan kepastian tewasnya dalang utama rentetan bom Paskah, Zahran, yang merupakan pemimpin militan lokal Jamaah Tauhid Nasional (NTJ).
Dituturkan Presiden Sirisena dalam pernyataannya menyebut bahwa kaum muda Sri Lanka diketahui terlibat ISIS sejak tahun 2013. Menurutnya, informasi yang terungkap saat ini menunjukkan ada sekitar 140 orang di Sri Lanka yang terlibat aktivitas ISIS.
"Polisi sedang berupaya menangkap mereka," sebut Presiden Sirisena dalam pernyataannya.
Rentetan serangan bom itu telah diklaim ISIS yang menyebut para pelaku sebagai 'petempurnya'. ISIS tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya, namun mereka merilis sebuah video pada Selasa (23/4) lalu yang menunjukkan delapan pria yang berdiri di bawah bendera ISIS dan menyatakan sumpah setia. ISIS mengklaim pria-pria itu sebagai pelaku serangan bom di Sri Lanka.
Otoritas Sri Lanka kini tengah memfokuskan penyelidikan pada jaringan internasional yang diduga membantu dua militan lokal - NTJ dan Jammiyathul Mlillathu Ibrahim (JMI) - dalam melakukan serangan bom pada Minggu (21/4) lalu. Sejauh ini sudah 76 tersangka, termasuk warga negara asing dari Suriah dan Mesir, yang ditahan otoritas Sri Lanka terkait penyelidikan tersebut.
Terkait:
- Korban Bertambah, Serangan Bom di Gereja dan Hotel Sri Langka
- Korban Serangan Bom di Sri Lanka Bertambah 137 Orang Tewas
- Hotel dan Gereja Dibom, 42 Korban Tewas Saat Ini
- Korban Serangan Bom di Sri Lanka Bertambah 137 Orang Tewas
- Hotel dan Gereja Dibom, 42 Korban Tewas Saat Ini
# Gan | Reuters
No comments:
Post a Comment