Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury saat daring pada Peringatan HPI ke-166 (foto : Istimewa)
JAKARTA.BM- Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury menyampaikan bahwa kedatangan Ottow dan Gaissler pada 5 Februari 1855 di Pulau Mansinam telah menjadi tonggak sejarah penyebaran Injil di tanah Papua. Sepuluh dekade berikutnya Don Richardson bergabung dalam tugas pelayanan penginjilian suku Sawi di Merauke. Semangat dan karya nyata para pahlawan-pahlawan Injil ini terus dikenang dan senantiasa berdampak hingga saat ini.
“Salah satu faktor keberhasilan misi Injil di tanah Papua adalah adanya kesadaran para tokoh saat itu bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Pandangan kesetaraan ini menjadi motivasi yang kuat bagi para tokoh-tokoh Injil untuk memberitakan Injil di tanah Papua,” kata Thomas Pentury saat mewakili sekaligus membacakan sambutan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada peringatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-166 Tahun di Papua. Acara ini dilaksanakan secara virtual atau daring, Jum’at (05/02).
Disampaikan Thomas Pentury, kesadaran bahwa manusia memiliki kesetaraan inilah yang mulai tergerus sedikit demi sedikit. Secara umum, hingga saat ini perkembangan isu-isu HAM di Indonesia masih menghadapi beragam tantangan, misalnya soal kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan perlindungan kelompok minoritas. Bahkan, kebebasan berekspresi juga menjadi sorotan belakangan ini. Sekalipun kebebasan berekspresi dijamin konstitusi, tetapi tentu ada batasnya, yakni tidak merendahkan martabat manusia seperti fitnah, hoax, dan membeda-bedakan suku, agama dan bertindak rasisme.
“Setiap agama mengajarkan harmoni dan kebaikan. Untuk mampu bersikap baik, seimbang tanpa membeda-bedakan, maka sikap inklusif patutlah kita hindarkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambah Thomas Pentury.
Di dalam Injil, dari amsal 14:31 dijelaskan, “Siapa menindas orang yang lemah menghina pencipta-nya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin memuliakan dia”.
Kata Thomas, sejatinya, konsep ‘memanusiakan manusia’ merupakan bagian dari humanisme. Hal yang paling mendasar dalam menerapkan konsep "memanusiakan manusia” pada paham humanisme adalah kasih. Kala kita berbuat kasih tanpa memandang suku, ras, warna kulit dan lainnya serta kepedulian kepada sesama manusia, semua itu sudah mencakup dalam kasih.
“Kasih kepada sesama berarti kita harus mampu menghargai, menghormati sesama sesuai dengan martabatnya. Hak asasi manusia pertama-tama yang harus diperjuangkan adalah orang-orang yang lemah dan tidak berdaya di dalam masyarakat,” kata Thomas Pentury.
Thomas Pentury memandang, kerukunan antar umat beragama di Indonesia menjadi satu-satunya pilihan. Oleh karena itu, agama-agama memiliki tempat dan peranan yang vital dan menentukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Beragama dengan roh ke-Indonesia-an berarti tidak mempertentangkan perbedaan atau kemajemukan agama, sebaliknya terbuka pada perbedaan dan kemajemukan yang dibangun di atas narasi persaudaraan,” papar Thomas Pentury.
Foto (Istimewa)
Diakui Thomas, sesungguhnya moderasi beragama menjadi signifikan tidak hanya bagi penciptaan relasi konstruktif di antara agama-agama secara eksternal tetapi juga penting secara internal untuk menciptakan harmoni di antara berbagai aliran dalam satu agama. Moderasi beragama juga penting untuk dikembangkan melalui langkah-langkah strategis dengan melibatkan peran semua pihak.
Thomas Pentury berharap, komunikasi dalam konteks kehidupan umat beragama di Indonesia dapat mencegah terjadinya konflik horizontal, termasuk di dalamnya konflik antar umat beragama. Kesadaran yang demikian perlu ditanamkan dan diajarkan berulang-ulang kepada warga masyarakat utamanya kepada generasi muda.
Dalam hal itu, lanjut Thomas, tugas penginjilan berjalan beriringan dengan permasalahan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM. Gereja tidak dapat menutup mata terhadap setiap persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
“Upaya-upaya gereja dalam menjadi terang di tengah-tengah masyarakat perlu terus dilakukan dan semakin dikembangkan sebagai bagian daripada tugas penginjilan dan ayunan langkah menuju masa depan yang lebih baik dan sejahtera,” kata Thomas.
“Kami turut bergembira dengan perayaan HPI ke-166 tahun di tanah Papua, teriring harapan dan doa agar pekerjaan Tuhan melalui gereja dan pembangunan masyarakat dapat semakin berkembang di tanah Papua dan memberkati seluruh masyarakat Papua,” tutup Thomas.
Tampak hadir dalam zoom ini, Gubernur Papua beserta jajarannya, Kakanwil Kemenag Provinsi Papua, Kabid Urusan Agama Kristen, Ketua Sinode GKI di tanah Papua, para pimpinan gereja dan seluruh rohaniawan, para tokoh masyarakat dan warga gereja, panitia seminar dan ibadah hari pekabaran injil ke-166 tahun di tanah Papua.(*)
Baca Juga
# Gan | Kemenag
No comments:
Post a Comment