Appassutāyaṁ puriso, balivaddo va jīrati. Maṁsani tassa vaḍḍhanti, paññā tassa na vaḍḍhati. Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang. (Dhammapada, Syair 152)
Menjadi pemuda yang cerdas dan berkarakter adalah harapan setiap orang. Sifat dan kepribadian yang baik bukan semata-mata karena buah karma masa lampau, namun juga sebagai hasil dari upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam memperbaiki kehidupan. Sejak dari muda, setiap orang perlu membangun citra diri yang positif agar dapat menjadi pemuda yang berbudi pekerti luhur dan dapat menjadi teladan bagi sesamanya.
Pemuda yang berbudi pekerti luhur akan memperoleh berkah perlindungan dari segala penjuru. Dengan penuh semangat dan disiplin melakukan aktivitas mulai matahari terbit hingga matahari terbenam dan kembali matahari terbit esok harinya. Seluruh aktivitas dilakukan dengan penuh kesadaran dan harapan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan bahagia.
Sebagai pemuda Buddhis, gambaran pribadi yang berbudi pekerti luhur tersebut dapat berkaca dari kisah pemuda Sigala dalam Sigalovada Sutta. Dikisahkan bahwa di antara penduduk Rajagaha yang selalu sibuk melakukan aktivitasnya, tersebutlah pemuda Sigala yang secara rutin melakukan tradisi berdiri bersujud ke berbagai arah, ke bawah menatap bumi dan ke atas menatap langit. Begitulah tradisi itu dilakukan dengan tulus dan penuh kesadaran.
Suatu Ketika, Guru Agung Buddha mengunjungi Rajagaha, melihat pemuda Sigala sedang melakukan ritual seperti biasanya. Terjadilah perbincangan Guru Agung Buddha dengan pemuda Sigala tentang pemujaan enam arah. Guru Agung Buddha memberikan penjelasan tentang makna pemujaan enam arah yang terdiri dari empat arah mata angin ditambah dua arah atas dan bawah. Yang dimaksud dengan empat arah mata angin adalah ajaran Dhamma mengenai Empat cacat tingkah laku (membunuh, mencuri, melakukan asusila, berbohong) dan Empat sebab yang mendorong orang melakukan kejahatan (hawa nafsu, benci, kebodohan, dan takut).
Enam arah pemujaan tersebut disimbolkan sebagai orang tua untuk arah timur, guru untuk arah selatan, isteri untuk arah barat, sahabat untuk arah utara, pelayan untuk arah bawah, dan pertapa atau brahmana untuk arah atas. Simbolisasi tersebut merupakan gambaran bagaimana relasi yang sebaiknya dilakukan antara anak dan orang tua, murid dan guru, isteri dan suami, sesama sahabat, serta siswa dan guru.
Pemuda Sigala akhirnya memperoleh pelajaran yang sangat luar biasa dari Guru Agung Buddha. Sebuah model pembelajaran yang sangat tepat untuk disampaikan kepada anak muda yang sedang mencari identitas dirinya.
Kisah perjumpaan pemuda Sigala dengan Guru Agung Buddha menunjukkan pentingnya memilih metode yang tepat dalam memberikan pembelajaran dan menunjukkan bahwa belajar Dhamma dapat dilakukan dengan pendekatan tradisi dan budaya yang telah ada. Pencerahan yang diperolehpun kemudian mengembang dalam diri pemuda Sigala, dan selalu dalam perlindungan dari segala arah.
Belajar dari apa yang dilakukan oleh pemuda Sigala, nampaklah tidak berlebihan jika para pemuda Buddhis masa kini dapat meneladan semangat dan motivasi yang dilakukan untuk mendapatkan pencerahan. Saat ini para pemuda hidup di era yang berbeda dengan masa kehidupan pemuda Sigala. Dunia sudah memasuki era milenial. Sebuah era yang digambarkan sebagai periode waktu di mana perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dan menjadi gaya hidup bagi generasi yang hidup di dalamnya.
Sikap dan perilaku hidup para pemuda sebagai pribadi yang dinamis, optimis dan penuh semangat diharapkan dapat membawa ide-ide segar, pemikiran yang kreatif dan inovatif. Pemuda Buddhis hendaknya mampu menjadi pelopor, penggerak dan pemimpin di masa depan. Belajarlah dari kisah Sigala muda agar menjadi pemuda Buddhis yang mampu memanfaatkan ruang yang tersedia untuk menunjukkan kiprah dan dharma baktinya.
Selamat berlomba dalam Sippa Dhamma Samajja Tingkat Nasional VIII Tahun 2021 para Sigala Muda-Sigala Muda semoga tercapai cita-cita dan harapan sebagai buah perjuangan yang dilakukan. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Baca Juga
Tim Buddha Wacana Kemenag
No comments:
Post a Comment