Om Swastiastu, Om Awignam Astu Namo Siddham. Umat sedarma di manapun berada. Semoga semua berada dalam keadaan sehat dan berbahagia, dalam lindungan Ida Sanghyang Widhi Wasa. Mimbar Hindu kali ini membahas tentang Keutamaan Wanita Hindu.
Umat sedarma yang berbahagia. Wanita dalam berbagai peradaban senantiasa menghiasi kehidupan. Dalam berbagai karya sastra ditulis, wanita memiliki peran penting dan strategis untuk memutar cakra kehidupan alam semesta.
Seorang wanita tidak hanya sebagai sosok yang cantik dan menarik dipandang mata, tetapi juga seseorang dengan berbagai keunggulan yang selalu dikejar dan didamba lawan jenisnya. Keunggulan wanita dalam Yajur Weda XIV.21 disebutkan:
Murdha asi rad dhuva asi. Daruna dhartri asi darani. Ayusa twa varcase tva. Krsyai tva ksemaya tva. (O perempuan engkau adalah perintis cemerlang, pendukung yang memberi makan dan menjalankan aturan aturan seperti bumi. Kami memiliki engkau di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan, kemakmuran, kesuburan dan kesejahteraan).
Seorang wanita merupakan perintis. Artinya, wanita memiliki inovasi dalam membimbing keluarganya, membantu suami dalam mensejahterakan anggota keluarga, serta mendoakan melalui pelaksanaan yadnya, agar semuanya sehat dan berumur panjang.
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa seorang wanita memiliki kemampuan mengubah takdir keluarganya dari buruk menjadi baik. Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan bagaimana cara seorang wanita bisa mengubah takdir buruk keluarganya, menjadi baik.
Sebab, takdir seorang wanita lebih banyak menderita daripada laki laki, namun wanita memiliki kelebihan untuk mampu mengatasi semua penderitaannya itu sebagaimana bumi yang mampu menahan semua beban kehidupan dunia ini.
Ada banyak contoh wanita utama dalam itihasa dan purana yang memiliki kekuatan secara mental dan spiritual untuk mengubah takdir hidupnya. Misalnya, Sabhari, Swayampraba, Ahalya, Sakuntala, Damayanti, dan Sawitri sebagaimana yang dikisahkan dalam Suniti Bala Gupta 1982.
Raja Asvawapati dari kerajaan Madra memiliki seorang anak perempuan yang cantik jelita dan diberi nama Sawitri. Sejak kecil Sawitri sudah memiliki kualitas yang istimewa, penuh cinta kasih, pintar dan bijaksana, memiliki karakter yang kuat dan setia. Namun, di saat umurnya sudah cukup untuk menikah, dia menjatuhkan pilihan pada seorang pemuda yang dilihatnya di dalam hutan. Pemuda itu adalah Satyawan putra raja dari kerajaan Salvadesh. Sang Raja dikalahkan oleh musuh dan dibutakan matanya.
Singkat cerita Raja Aswapati mengirimkan lamaran untuk Satyawan. Namun, tiba-tiba datanglah Dewa Narada yang memberi kabar bahwa Satyawan masa hidupnya hanya tinggal setahun lagi. Namun Sawitri tidak bergeming, ia tetap pada keputusannya dan singkat cerita perkawinan Sawitri dan Satyawan pun dilangsungkan.
Setelah upacara, Sawitri meninggalkan kerajaan menuju ke dalam hutan mengikuti suaminya. Sang Raja sangat sedih mengetahui putri kesayangannya yang biasa hidup mewah dan selalu dilayani kini hidup menderita dalam kemiskinan dan serba kekurangan di dalam hutan.
Namun Sawitri justru tidak menampakkan kesedihanya. Ia bertekad untuk mengubah nasibnya. Dengan tekun, ia melakukan pemujaan disertai tapa brata kepada Dewi Sawitri atau Dewi Fajar. Ia mulai menghitung hari kematian suaminya.
Hari-hari pun berlalu. Empat hari menjelang kematian suaminya, Sawitri melakukan pemujaan disertai tapa brata yang keras. Selama tiga hari, ia berpuasa tidak makan dan minum dan terus berdoa siang dan malam.
Pada hari terakhir kematian Satyawan, Sawitri merasa cemas. Namun ia sudah menyelesaikan puasa dan pemujaannya selama tiga hari penuh. Pada hari itu kemanapun Satyawan pergi, Sawitri selalu mengikutinya.
Sebagaimana biasa Satyawan pergi ketengah hutan untuk mencari makanan dan kayu bakar. Tiba-tiba Satyawan berkeringat dan merasakan sakit kepala yang begitu kuat. Ia kemudian membaringkan tubuhnya tak lama kemudian muncul bayangan gelap yang besar. Itu adalah Dewa Yama. Melihat hal itu, Sawitri meletakkan kepala suaminya di tanah dan iapun menghormat pada Dewa Yama, dan menanyakan tujuan kedatangannya.
Dewa Yama kemudian menjawab, "Aku adalah Dewa Yama, kedatanganku adalah untuk mengambil jiwa suamimu." Maka Dewa Yama pun mengambil jiwa Satyawan dan pergi. Namun, Sawitri mengikuti langkah Dewa Yama.
DewaYama pun terkejut dan bertanya, "Mengapa kamu mengikutiku? Aku sudah mengambil banyak nyawa dan tak seorangpun bisa mengikutiku, rupanya kekuatan spiritualmu sangat tinggi."
"Sawitri, kamu memang bayangan bagi suamimu, namun ia sekarang sudah tiada maka kewajibanmu adalah untuk mengkremasi jasadnya."
Sawitri menjawab, "Adalah kewajiban saya untuk selalu bersama suami saya di manapun ia berada."
Dewa Yama menyahut, "Sawitri, jangan mengikutiku. Mintalah anugrah apapun, kecuali suamimu."
Sawitripun meminta anugrah agar penglihatan mertuanya dan kerajaannya dipulihkan serta agar ayahnya dianugrahi seorang anak laki-laki. Selanjutnya, Sawitri mulai memuja dan menyanjung Dewa Yama.
Dewa Yama senang dengan pemujaan dan sanjungan dari Sawitri, maka diapun menyuruh Sawitri untuk meminta anugerah lagi selain suaminya.
Sawitri kemudian meminta anugrah agar bisa memiliki anak-anak yang baik dan membawa kemasyuhran pada dinastinya. Dewa Yama mengabulkan permintaan Sawitri dan menyuruhnya pergi. Namun, Sawitri berkata, "O Dewa bagaimana saya bisa mendapatkan putra jika suami saya anda bawa?"
Dewa Yama tersenyum dan merasa senang dengan kepintaran dan bakti dari Sawitri. Maka diapun mengembalikan jiwa dari Satyawan.
Sawitri merasa sangat senang. Ia pun memberi hormat dan berterima kasih. Akhirnya, semua anugerah Dewa Yama terwujud. Sawitripun hidup bahagia di kerajaan Salva.
Dari kisah ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa keutamaan seorang wanita bukan hanya dari kecantikannya, tetapi dari srada bakti, cinta kasih, kesabaran, dan ketulusannya.
Yang pertama adalah bahwa seorang wanita ketika belum menikah, ia masih menikmati karma orang tuanya. Namun setelah menikah, ia akan menikmati karma suami dan keluarganya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang wanita untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan melatih mental agar siap menghadapi berbagai rintangan yang akan dihadapi.
Kedua, bahwa seorang mertua tidak serta merta akan bisa menerima kehadiran seorang menantu. Namun dengan bakti, cinta kasih dan ketulusan, Sawitri mampu membuka mata hati mertuanya sehingga bisa menerima dirinya dengan sepenuh hati.
Ketiga, bahwa seorang wanita Hindu memiliki kemampuan untuk mengubah takdir hidupnya. Dengan srada bakti dan cinta kasihnya, ia mampu memotivasi suaminya yang tengah putus asa dan membangkitan semangat hidupnya yang mati.
Semoga apa yang saya sampaikan ada manfaatnya dan bisa memotivasi untuk lebih meningkatkan srada bakti kita. Akhir kata, saya haturkan parama Santi Om Santih Santih Santih Om.
I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Rohaniwan Hindu)
No comments:
Post a Comment