Hujan lebat memicu terjadinya banjir dan banjir bandang di wilayah Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 Wita (BPBD Kabupaten Konawe)
Konawe Utara(SULTRA).BM- Hujan lebat memicu terjadinya banjir dan banjir bandang di wilayah Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 Wita. Banjir yang sempat terjadi di Desa Labunga dan Laronanga, Kecamatan Andowia, telah surut. BPBD setempat masih melakukan penanganan darurat di lokasi terdampak.
Hujan dengan intensitas tinggi memicu debit air Sungai Anggomate hingga meluap sehingga beberapa desa di tiga kecamatan terdampak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe Utara mencatat empat desa di tiga kecamatan terdampak banjir tersebut. Desa terdampak yaitu Desa Labunga dan Laronanga di Kecamatan Andowia, Desa Pondoa di Wiwirano dan Tambakua di Lanyukima.
Informasi terkini pada Senin siang (12/7) menyebutkan Desa Tambakua dan Pondoa terisolir akibat banjir tersebut. BNPB masih melakukan koordinasi dengan BPBD setempat untuk mendapatkan informasi terkini terkait kondisi pascabanjir, seperti korban jiwa dan kerugian material.
Pada saat yang hampir bersamaan, banjir bandang terjadi di Desa Tapunggai, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara. Hal tersebut juga dilaporkan oleh BPBD setempat kepada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB.
Banjir bandang di wilayah ini dipicu oleh limpasan debit air dari kolam bekas kegiatan tambang. Limpasan air disebabkan karena kolam jebol, sedangkan debit air naik karena hujan intensitas tinggi di wilayah tersebut. Kejadian ini berlangsung pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 waktu setempat.
Peringatan dini cuaca masih terpantau untuk wilayah Sulawesi Tenggara untuk esok hari, Selasa (13/7). Peringatan dari BMKG tersebut menyebutkan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang.
Melihat data bencana periode 2016 hingga akhir 2020, banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe Utara sebanyak tujuh kejadian. Serangkaian bencana banjir tersebut menyebabkan kerusakan rumah maupun fasilitas umum (fasum). BNPB mencatat 434 unit rumah warga rusak berat, 2 rusak sedang dan dua lain rusak ringan. Sedangkan fasum, fasilitas Pendidikan sebanyak 32 unit, tempat ibadah 5 dan kesehatan 8 mengalami kerusakan dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat tidak ada korban jiwa maupun luka akibat bencana banjir selama kurun waktu tersebut.
Berdasarkan analisis inaRISK, Kabupaten Konawe Utara merupakan wilayah dengan potensi bahaya banjir kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 10 kecamatan dengan cakupan lebih dari 19 ribu hektar berada pada potensi bahaya tersebut. Kesepuluh kecamatan ini yaitu Kecamatan Molawe, Asera, Wiwirano, Oheo, Motui, Lasolo, Langgikima, Andowia, Lembo dan Sawa. Masyarakat diimbau untuk terus siap siaga dan waspada terhadap potensi bahaya banjir susulan maupun bencana hidrometeorologi lain seperti angin kencang dan tanah longsor. (*)
#Gan | BNPB
Konawe Utara(SULTRA).BM- Hujan lebat memicu terjadinya banjir dan banjir bandang di wilayah Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 Wita. Banjir yang sempat terjadi di Desa Labunga dan Laronanga, Kecamatan Andowia, telah surut. BPBD setempat masih melakukan penanganan darurat di lokasi terdampak.
Hujan dengan intensitas tinggi memicu debit air Sungai Anggomate hingga meluap sehingga beberapa desa di tiga kecamatan terdampak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe Utara mencatat empat desa di tiga kecamatan terdampak banjir tersebut. Desa terdampak yaitu Desa Labunga dan Laronanga di Kecamatan Andowia, Desa Pondoa di Wiwirano dan Tambakua di Lanyukima.
Informasi terkini pada Senin siang (12/7) menyebutkan Desa Tambakua dan Pondoa terisolir akibat banjir tersebut. BNPB masih melakukan koordinasi dengan BPBD setempat untuk mendapatkan informasi terkini terkait kondisi pascabanjir, seperti korban jiwa dan kerugian material.
Pada saat yang hampir bersamaan, banjir bandang terjadi di Desa Tapunggai, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara. Hal tersebut juga dilaporkan oleh BPBD setempat kepada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB.
Banjir bandang di wilayah ini dipicu oleh limpasan debit air dari kolam bekas kegiatan tambang. Limpasan air disebabkan karena kolam jebol, sedangkan debit air naik karena hujan intensitas tinggi di wilayah tersebut. Kejadian ini berlangsung pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 waktu setempat.
Peringatan dini cuaca masih terpantau untuk wilayah Sulawesi Tenggara untuk esok hari, Selasa (13/7). Peringatan dari BMKG tersebut menyebutkan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang.
Melihat data bencana periode 2016 hingga akhir 2020, banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe Utara sebanyak tujuh kejadian. Serangkaian bencana banjir tersebut menyebabkan kerusakan rumah maupun fasilitas umum (fasum). BNPB mencatat 434 unit rumah warga rusak berat, 2 rusak sedang dan dua lain rusak ringan. Sedangkan fasum, fasilitas Pendidikan sebanyak 32 unit, tempat ibadah 5 dan kesehatan 8 mengalami kerusakan dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat tidak ada korban jiwa maupun luka akibat bencana banjir selama kurun waktu tersebut.
Berdasarkan analisis inaRISK, Kabupaten Konawe Utara merupakan wilayah dengan potensi bahaya banjir kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 10 kecamatan dengan cakupan lebih dari 19 ribu hektar berada pada potensi bahaya tersebut. Kesepuluh kecamatan ini yaitu Kecamatan Molawe, Asera, Wiwirano, Oheo, Motui, Lasolo, Langgikima, Andowia, Lembo dan Sawa. Masyarakat diimbau untuk terus siap siaga dan waspada terhadap potensi bahaya banjir susulan maupun bencana hidrometeorologi lain seperti angin kencang dan tanah longsor. (*)
Baca Juga
#Gan | BNPB
No comments:
Post a Comment