Tasmā hi:– Dhīrañca paññañca bahussutañca, dhorayhasīlaṃ vatavantamariyaṃ; taṃ tādisaṃ sappurisaṃ sumedhaṃ, bhajetha nakkhattapathaṃva candimā.
Karena itu: ikutilah orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang. (Dhammapada, Syair 208)
Kemajuan peradaban bangsa bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun membutuhkan dukungan dan kontribusi seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai bagian integral masyarakat, pemuda sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan maju tidaknya bangsa yang kita cintai ini.
Demikian pentingnya peran pemuda, sehingga dibutuhkan kesadaran dan komitmen pemuda Indonesia untuk dapat bersatu, berkolaborasi dan bersinergi dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara sesuai nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.
Walaupun berasal dari berbagai latar belakang, seperti: agama, suku bangsa, budaya, dan bahasa, dengan karakteristik ciri khas masing-masing, namun saatnya perbedaan yang ada menjadi sumber inspirasi untuk bersama memajukan bangsa ini.
Apalagi tantangan kehidupan yang semakin kompleks membutuhkan kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang ada serta kemampuan menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin timbul akibat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Para pemuda diharapkan tidak sekadar bebas berbicara dan berpikir tanpa landasan dan arah yang jelas dalam mengekspresikan pendapatnya, tetapi hendaknya memiliki kemampuan untuk berbicara dan berpikir secara cerdas.
Bagi umat Buddha, berbicara dan berpikir secara cerdas adalah menjadikan nilai-nilai Dhamma sebagai sumber nilai ajaran Buddha dalam menjalani kehidupan ini sehingga akan terkendali dalam ucapan, pikiran dan perbuatannya.
Landasan berbicara dan berpikir secara cerdas adalah pikiran benar (samma-sankappa) dan ucapan benar (samma-vaca) yang terdapat dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga).
Pikiran benar adalah pikiran yang menghindari kejahatan dan pikiran yang cenderung pada kebajikan, yaitu: pikiran yang bebas dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin (moha), pikiran yang berisi cinta kasih (metta) dan pikiran yang berisi belas kasihan (karuna). Pikiran benar harus ditanamkan dan dikembangkan terhadap semua makhluk hidup tanpa kecuali.
Sedangkan ucapan benar adalah ucapan yang terbebas dari kebohongan, terbebas dari memfitnah, terbebas dari kekerasan, dan terbebas dari kerewelan. Kita hendaknya selalu berbicara jujur, berbicara yang menimbulkan kedamaian, berbicara dengan kata-kata sopan, dan berbicara hal yang bermanfaat.
Di tengah persaingan kehidupan yang semakin kompetitif, pemuda diharapkan pula agar dapat menjadi kreatif dan inovatif terhadap berbagai fenomena kehidupan yang terus berubah.
Dalam Sutta tentang Berkah (Mangala Sutta) tertulis: berpengetahuan luas, berketerampilan, terlatih baik dalam tata susila, dan bertutur kata dengan baik, itulah berkah utama. Modal utama menjadi kreatif dan inovatif adalah berpengetahuan luas dan berketerampilan.
Berpengetahuan luas berarti bersemangat mempelajari dan mendalami Dhamma serta memperluas pengetahuan yang dimiliki, sedangkan berketerampilan berarti mencoba berbagai keterampilan dan menguasai aneka keahlian dalam mengembangkan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Selain akan memunculkan ide kreatif dan inovatif, sikap hidup seorang yang berpengetahuan luas dan berketerampilan akan tercermin pada perilaku yang terlatih baik dalam tata susila dan bertutur kata yang baik dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Mari jadikan nilai-nilai Dhamma sebagai pijakan dalam kehidupan dan jadilah pemuda yang berbicara dan berpikir cerdas, kreatif, inovatif dan memiliki daya saing untuk memajukan bangsa yang kita cintai ini.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Tim Buddha Wacana Kemenag
No comments:
Post a Comment