Umat Sedharma yang berbahagia. Di dalam kehidupan ini, kita pasti mengharapkan sebuah kedamaian dan kebahagiaan. Namun, semua itu sulit untuk kita dapatkan karena manusia memiliki sifat yang berbeda beda. Untuk menyatukan pikiran sangatlah sulit. Kita membutuhkan pedoman atau sumber sebagai pegangan dan menyatukan persepsi dalam melangkah sehingga kebahagiaan itu dapat kita capai.
Kitab Brhad Aranyaka Upanisad menyebutkan, “Aham Brahma Asmi” yang berarti aku adalah Brahman.
Ajaran ini merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai (santhi). Ajaran Tat Twam Asi patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara kita.
Hal ini perlu kita tanamkan terlebih dahulu pada diri kita sendiri, sebelum kepada orang lain. Bila kita sungguh-sungguh dapat memahami dan menerapkannya maka dalam diri kita akan muncul sikap cinta kasih terhadap semua ciptaan-Nya. Menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri merupakan salah satu bentuk pengamalan dari ajaran ini.
Disebutkan pula bahwa Tat Twam Asi (Ia adalah engkau) sangat berkaitan dengan susila yang dalam Babad Bali disebutkan mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama. Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan.
Umat Sedharma yang berbahagia. Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.
Kitab Brhad Aranyaka Upanisad menyebutkan, “Aham Brahma Asmi” yang berarti aku adalah Brahman.
Ajaran ini merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai (santhi). Ajaran Tat Twam Asi patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara kita.
Hal ini perlu kita tanamkan terlebih dahulu pada diri kita sendiri, sebelum kepada orang lain. Bila kita sungguh-sungguh dapat memahami dan menerapkannya maka dalam diri kita akan muncul sikap cinta kasih terhadap semua ciptaan-Nya. Menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri merupakan salah satu bentuk pengamalan dari ajaran ini.
Disebutkan pula bahwa Tat Twam Asi (Ia adalah engkau) sangat berkaitan dengan susila yang dalam Babad Bali disebutkan mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama. Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan.
Umat Sedharma yang berbahagia. Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.
Bentuk Ajaran Tat Twam Asi
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Wujud nyata/riil dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan.
Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan (kama) manusia yang bersangkutan. Manusia sebagai makhluk hidup itu banyak jenis, sifat, dan ragamnya. Misalnya, manusia sebagai makhluk, individu, sosial, religius, ekonomis, budaya, dan yang lainnya. Semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisinya serta keterbatasan yang dimilikinya. Terbayang, betapa susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Disinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan ini. Semua di antara kita ini tahu bahwa berat dan ringan Rwabhineda itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya. Demikian adanya, maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu sering tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
Misalnya: bila seorang anak mendapat halangan/kecelakaan sehingga merasa sedih, rasa sedih yang diderita oleh anak yang bersangkutan juga dirasakan oleh orang tuanya. Demikian juga yang lainnya akan selalu dirasakan secara kebersamaan/sosial oleh masing-masing individu yang bersangkutan. Jiwa sosial ini seharusnya diresapi dengan sinar-sinar kesusilaan tuntunan Tuhan dan tidak dibenarkan dengan jiwa kebendaan semata.
Ajaran Tat Twan Asi selain merupakan jiwa filsafat sosial, juga merupakan dasar dari tata susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan rukun diantara sesama makhluk hidup lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh.
Umat Sedharma yang berbahagaia. Jadi kesimpulannya, bila ajaran Tat Twam Asi dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara menyeluruh dan sungguh-sungguh, dalam sifat dan prilaku kita, maka kehidupan ini akan menjadi sangat harmonis. Satu dengan yang lainnya diantara kita dapat hidup saling menghormati, mengisi dan damai.
Demikianlah ajaran Tat Twam Asi patut kita pedomi, cermati dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Baiklah hanya itu yang dapat saya sampaikan pada hari ini, jika ada salah kata dalam penyampaian, saya mohon maaf. Tan Hana Wang Swasta Anulus.
Ni Kadek Ary Murdaningsih, S.Ag, M.Ag
No comments:
Post a Comment