Saudara-saudara umat Kristen yang berbahagia. Tema Refleksi Minggu kali ini adalah “Mentalitas Kristiani Menhadapi Pandemi.”
Alkitab memuat banyak kisah kehidupan manusia, termasuk di dalamnya tentang sejarah masa-masa sulit, tentang pandemi (pastilance) yang dialami umat manusia karena berbagai sebab. Kesulitan-kesulitan itu bisa jadi sebagai peringatan dari Tuhan. Bisa juga karena kebodohan manusia itu sendiri atau karena terjadinya perubahan cuaca yang tidak bersahabat.
Saat ini, kita bahkan masih menghadapi pandemi yang bersifat global, tidak ada bangsa atau suku bangsa yang bebas dari petaka ini. Sampai awal September 2021, sudah lebih dari 219 juta orang yang terpapar covid 19, dan lebih dari 4,5 di antaranya meninggal dunia. Sungguh hal yang sangat mengerikan, yang terjadi justru di era modern dengan berkembanganya ilmu dan teknologi yang cangggih. Pandemi ini terjadi pada saat ilmu & teknologi kedokteran mengalami kemajuan luar biasa. Tetapi, ironis sekali, virus yang amat kecil itu memporak-porandakan semua, termasuk para ahli kedokteran dan para medis, banyak meninggal karenanya.
Duka dan nestapa yang disebabkan oleh virus corona ini, bukan hanya penyakit dan kematian, tetapi juga membawa efek domino yang juga amat menyedihkan. Ekonomi makro dan mikro mengalami penurunan yang besar. Banyak usaha gulung tikar, karyawan kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Ekonomi kerakyatan, warung-warung kecil, angkringan yang amat populer di Yogyakarta, bergelimpangan. Tiba-tiba banyak pengangguran dan kemiskinan merebak karenanya.
Anak-anak kita harus sekolah secara daring. Kondisi ini kadang tidak mudah karena koneksi internet yang tidak stabil, karena gagap teknologi, karena ketiadaan HP dan paket data, serta juga karena bosan dan alasan lainnya. Virus korona ini membawa banyak penderitaan.
Negara-negara, juga harus mengeluarkan banyak uang untuk mengatasi pandemi, menyediakan Rumah Sakit, tempat isolasi, rangsum bagi yang isolasi, harus membeli vaksin untuk seluruh rakyat, dan seterusnya. Sedangkan penghasilan negara juga merosot karena uang pajak banyak yang tidak masuk ke kas negara, banyak usaha yang bangkrut.
Inilah kondisi yang kita hadapi sekarang. Dalam bahasa Alkitab, sebagaimana tertuang dalam 2 Kor. 8:1-2. yang merupakan bagian dari pujian Paulus terhadap jemaat-jemaat di Makedonia, ada dua hal yang disebutkan, yaitu: dalam kondisi dicoba dengan penderitaan yang berat (severe trial) dan juga membuat banyak manusia yang menjadi sangat miskin (extreme poverty). Namun, kita bisa belajar dari jemaat di Makedonia. Mereka tidak terpuruk dan frustrasi. Mereka tidak mencari jalan pintas dan bunuh diri. Sebaliknya, mereka bersuka cita dan bahkan tetap murah hati.
Ini adalah suatu sikap hati/mentalitas mulia, mentalitas Kristiani yang tidak terkalahkan oleh kesulitan atau keadaan. Ini semua karena kasih Karunia Allah (the grace of God) yang diberikan kepada umat-Nya, sehingga mereka mempunyai mentalitas Kristiani yang mengagumkan, tercermin dalam dua hal:
Pertama, jemaat-jemaat Makedonia bersuka cita walau dalam kondisi dicoba dengan penderitaan yang berat, yang menurut para ahli adalah penderitaan karena ketidakadilan, karena penganiayaan. Jemaat Makedonia tidak mau terbenam karena penderitaan. Mereka menghadapi dengan tabah dan bahkan bersukacita karena bila Tuhan ijinkan hal ini, mereka juga percaya Tuhan akan memberikan kekuatan dan jalan keluar. Tuhan sanggup memberikan solusi seperti yang meraka percayai (1 Kor. 10:13).
Sukacita yang bertumpu di atas iman kepada Tuhan sang Pencipta dan Pemelihara semesta alam. Sukacita ini adalah ekspresi syukur dan optimisme atas kasih karunia Tuhan, ekspresi mulianya hati umat beriman. Tuhan Maha Tahu dan Maha Mendengar, tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya.
Zaman yang dialami jemaat-jemaat Makedonia itu adalah zaman yang penuh keterbatasan. Penguasa dan kelompok masa bisa semena-mena memperlakukan sesama karena berbagai sebab. Apalagi pada zaman itu, belum ada demokratisasi, belum ada lembaga resmi yang mengatur dan menegakkan hak azasi manusia di bumi.
Jemaat-jemaat Makedonia, walaupun sangat miskin, extreem poverty, sikap hati dan rasa kemanusiaannya sebagai orang beriman tidak mati. Bahkan mereka menunjukkan sikap murah hati demi sesama, demi pelayanan gereja di dunia ini.
Kita ingat Janda Sarpat, yang sedang mengumpulkan kayu bakar, lalu berkatalah Nabi Elia kepadanya: “Berikan aku air untuk minum, dengan segera wanita itu pergi mengambil air. Tetapi Elia menimpali, juga bawa bagiku sepotong kecil roti bundar. Wanita itu menjelaskan bahwa tinggal segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli. Aku mencari kayu untuk memasak dan memakannya bersama anakku, lalu setelah itu kami akan mati kelaparan. Tetapi, wanita itu walau amat miskin, dia tetap memberikan sepotong kecil roti bundar bagi nabi Elia. Dan mujizat Tuhan dialami, karena gandum dan minyak itu tdak habis sampai Tuhan memberi hujan di bumi. (1 raja. 17:16)
Pada umumnya, orang cenderung menjadi egois dan serakah. Bahkan yang mempunyai berlimpah saja, tidak rela berbagi. Malah banyak yang sudah mempunyai amat banyak harta, masih merasa kurang. Mereka lalu korupsi, mencuri, dan memanipulasi demi diri sendiri.
Bahkan, bantuan sosial dari pemerintah untuk rakyat yang miskin karena pandemi masih ada yang tega untuk mencuri. Ada yang menipu sesama dengan banyak cara, arisan, koperasi simpan pinjam, asuransi dan lainnya, sangat menyedihkan. Karena apa yang kita lihat di TV dan yang kita dengar dalam pergaulan, membuat banyak manusia silau dan menjadi serakah dan jahat.
Saudara-saudara yang terkasih. Sangat penting kita meneladani jemaat Makedonia ini dengan hidup yang diwarnai sikap hati dan mentalitas mulia orang beriman, mentalitas Kristiani. Jangan biarkan kesulitan mematikan kita, hadapi dengan iman, bekerja keras dan dengan sukacita di dalam Tuhan. Jangan pula karena kita kekurangan, lalu kita kehilangan rasa kemanusiaan dan menjadi egois dan pelit. Tuhan mengasihi orang yang murah hati dan apa yang kita tabur itulah juga yang akan kita tuai ( 1 Kor. 9:6)
Pandemi masih kita hadapi, entah sampai kapan, masih menjadi misteri. Tetapi, yang pasti oleh kasih karunia Allah, kita harus mengahadapi dengan sikap hati dan dengan sukacita. Walaupun sulit, kita tidak boleh kehilangan kebajikan hidup, yaitu tetap selalu murah hati. Amin
Pdt Stephanus Hartoyo, Ph.D (Ketua Gereja Kristen Nazarene Indonesia)
No comments:
Post a Comment