Aksi demonstrasi dipicu oleh perselisihan antara pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Malaita, yang menolak untuk mengakui hubungan diplomatik dengan China.
Sedikitnya seribu warga berkumpul di luar gedung parlemen ketika para politisi bersidang, menyebabkan sekolah dan perkantoran ditutup ditutup lebih awal.
Wartawan setempat, Gina Kekea, mengatakan kepada ABC jika aksi demo ini mengejutkan sebagian besar penduduk Honiara.
Chaos in Honiara today. pic.twitter.com/z3ngFSqWR4
— Georgina Kekea (@ginakekea) November 24, 2021
Massa melempari gedung-gedung dan tak berselang lama sebuah rumah tradisional di sebelah Gedung Parlemen terbakar.
"Penyebab kebakaran yakni tembakan gas air mata," kata Gina.
Seorang aparat perempuan terluka sementara beberapa pengunjuk rasa ditangkap.
Juanita Matanga, juru bicara Kepolisian Kepulauan Solomon, dalam konferensi pers menyatakan massa telah menghancurkan banyak bangunan di Honiara, termasuk kantor polisi.
"Saya sangat sedih melihat perilaku mereka," katanya.
"Apa pun perbedaan yang kita miliki, ada cara untuk menyelesaikannya secara damai," tambahnya.
Gina mengatakan keadaan yang lebih buruk bisa saja terjadi, jika warga Honiara lainnya sudah mulai bergabung dalam aksi demo.
Dipicu oleh hubungan diplomatik dengan China
Police station in Honiara burnt down by the protestors. Kukum traffic police station. Police continue to call on people to refrain from illegal activities & call on leaders to come down & assist in calming the situation down. pic.twitter.com/eqk88NvCdF
— Georgina Kekea (@ginakekea) November 24, 2021
Beijing membuka Kedubesnya di Honiara pada September 2020, setelah Kepulauan Solomon mengalihkan hubungan diplomatiknya dari Taiwan ke China.
Menteri Utama Provinsi Malaita, Daniel Suidani, sangat menentang langkah Pemerintah Kepulauan Solomon yang memutusan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Protestors moving east reaches China town; angry protestors now damaging Chinese shops.
— The Solomon Islands Herald (@IslandsHerald) November 24, 2021
Protestors moving west now at the new China embassy building.
It seemed like the planned peaceful protest has gone out of control.
Source: Joana Sigimanu pic.twitter.com/57JjgnEcjW
Anggota DPR dari daerah pemilihan Malaita pada hari Selasa meminta Daniel Suidani dan Pemerintahannya untuk mendesak pendukung mereka agar tidak melakukan tindakan kekerasan.
"Lakukan tugas dan kewajiban moral Anda sebagai pemimpin untuk memerintahkan warga kita agar jangan melakukan tindakan berbahaya dan kekerasan seperti itu," kata politisi tersebut.
"Tolong tetap tinggal di rumah dan jangan mau dimanfaatkan oleh oportunis politik yang menghasut kekerasan demi tujuan mereka sendiri," tambahnya.
Dia mengatakan rasa frustrasi mulai meluas dengan beralihnya hubungan diplomatik dari Taiwan ke China sejak September 2019.
"Banyak peristiwa yang telah terjadi sejak itu dan apa yang terjadi sekarang adalah kombinasi dari semuanya," katanya.
ABC mendapatkan informasi bahwa Pemerintah Australia sedang bersiap untuk menanggapi permintaan dukungan dari Pemerintah Kepulauan Solomon.
"Situasi terus berkembang di Honiara dengan terjadinya kerusuhan sipil," kata pernyataan dari Komisi Tinggi Australia di Honiara.
"Harap berhati-hati dan tetap berada di tempat jika aman serta hindari keramaian," katanya.
Sumber;Lihat Disini!
Baca Juga
#Gan | ABC
No comments:
Post a Comment