Tidak terasa kita akan segera memasuki bulan Februari 2023, bulan baru yang memberi harapan baru untuk mewujudkan. Rasanya cepat sekali. Hari ini kita akan merenungkan perikop dari Injil Matius 5: 1-12a tentang Ucapan Bahagia. Perikop ini merupakan bagian dari Khotbah di Bukit dalam Injil Matius.
Hal menarik dari judulnya adalah “Ucapan Bahagia”, menggambarkan sesuatu hal yang sangat positif. Artinya dengan membaca judul perikop suasana hati menjadi nyaman, ada antusiasme.... membuat insan membayangkan bagaimana wajah saat menerima ucapan bahagia tersebut... membuat tambah semangat dan berjuang untuk memperoleh apa yang dihadapkan dari ucapan tersebut.
Terdapat sejumlah hal yang disampaikan dalam ucapan bahagia, 1) miskin, 2) dukacita, 3) lemah lembut, 4) lapar dan haus akan kebenaran, 5) murah hati, 6) suci hati, 7) pembawa damai, 8) dianiaya karena kebenaran; dicela, dianiaya, dan difitnah. Sejumlah hal umumnya dihindari oleh manusia normal. Siapa yang mau miskin, siapa yang mau berduka, siapa yang mau dicela, dianiaya, dan difitnah?
Yesus membawa hal baru dalam menanggapi berbagai situasi dan kondisi manusia dalam usahanya menemukan kehendak Allah. Usaha yang dimaksud adalah mengandalkan Allah dalam keseluruhan hidupnya.
Miskin harta... membuat orang tidak punya akses untuk berbagai hal dalam kehidupan sosial, bahkan cenderung dikesampingkan...
Dukacita merupakan situasi yang tidak mudah, dimana orang mengalami perasaan sedih yang hebat, bahkan merasa ditinggal.... mengandalkan Allah menjadi pilihan yang penting agar tidak merasa sendiri.
Lemah lembut, merupakan perilaku yang menggambarkan kerendahan hati, pengendalian diri, dan kesabaran.... secara manusiawi kesabaran ada batasnya, tetapi kalau itu dikendalikan oleh Allah, maka istilah ada batasnya menjadi larut dalam pengendalian Allah...
Lapar dan haus... orang lapar dan haus, apalagi dalam jangka waktu yang lama, tentu tidak berdaya, bahkan bisa diambang kematian... sekecil apa pun yang diperoleh, hendaknya dimanfaatkan dengan baik dan disyukuri...
Murah hati... menggambarkan bagaimana seseorang mampu bersimpati; menempatkan diri di dalam diri orang lain, merasakan dengan perasaan orang lain. Ini menjadi sumber toleran, belas kasih...
Suci hatinya... menggambarkan orang yang berbuat dengan motivasi murni dan tanpa pamrih....
Pembawa damai.... menggambarkan orang yang tidak saja cinta damai, tetapi terus mengusahakan kebaikan bagi semua orang....
Dianiaya karena kebenaran... menggambarkan orang yang tetap setia dan tidak goyah imannya karena celaan, fitnah, dan dianiaya.
Bagi kita umat Kristiani, menerjemahkan Ucapan Bahagia ini tidaklah mudah. Namun sebagai orang yang percaya akan kerahiman dan penyelenggaraan Tuhan, tetap mengusahakannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Kenyataan yang dialami atau dihadapi tiap hari menjadi jalan menuju bahagia atau sukacita yang ditawarkan oleh Allah. Kenyataan yang dialami tiap hari harus tidak membuat kita patah semangat atau kehilangan arah yang akhirnya mencari atau mengambil jalan pintas. Dalam salah satu nats dikatakan bahwa “siapa yang bertahan sampai akhir, dialah yang selamat”. Selalu ada jalan dari-Nya.
Aloma Sarumaha (Direktur Urusan Agama Katolik)
No comments:
Post a Comment