GORONTALO.BM- Membawa semangat untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan berkualitas, Kementerian Kesehatan memberikan kemudahan adaptasi dokter spesialis lulusan luar negeri, sehingga mereka bisa bekerja dan mengabdikan dirinya di Indonesia, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.
Program ini sekaligus mendukung implementasi transformasi kesehatan pilar kelima yakni transformasi SDM Kesehatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis di seluruh fasyankes di Indonesia yang saat ini jumlahnya sangat kurang sehingga pemerataannya pun sulit untuk dilakukan.
Dengan sistim adaptan yang dipercepat dan dipermudah sejak tahun lalu, sudah banyak dokter spesialis adaptan yang telah bertugas memberikan pelayanan kesehatan di seluruh pelosok Tanah Air, salah satunya adalah dr. Andreas Winarno, seorang dokter spesialis obgyn lulusan Jerman yang mengabdikan dirinya di RSUD Otanaha, Gorontalo.
''Saya memutuskan kembali ke Indonesia pada Juni, dan sekarang saya sudah full di Indonesia,'' katanya, Jumat (10/2).
Sebelum memutuskan untuk mengikuti program adaptan, dr. Andreas telah tinggal di Jerman selama 10 tahun, bekerja di rumah sakit sekaligus aktif sebagai peneliti.
Meski sudah lama tinggal di luar negeri, ia menyampaikan bahwa kecintaanya terhadap Indonesia telah mendorongnya kembali ke Tanah Air.
Keinginan ini telah direncanakan sejak tahun 2019, kala itu berbagai upaya telah ia lakukan untuk mempercepat kepulangannya termasuk proses penyetaraan ijazah spesialis. Namun, hingga tahun 2022, upaya tersebut tak kunjung selesai.
''Baru selesai itu sekitar bulan Maret 2022,'' sebutnya.
Bak gayung bersambut, tekad kuatnya untuk kembali ke Tanah Air dipertemukan dengan program adaptasi dokter lulusan luar negeri yang mulai digencarkan Kemenkes di 2022.
Usai mengetahui program tersebut, pada pertengahan Juli, ia memantapkan diri untuk mendaftar program adaptan melalui website https://adaptasi.kemkes.go.id/welcome.
Berselang 1,5 bulan tepatnya pada September 2022, ia mendapatkan undangan wawancara dengan kolegium obgyn. Kemudian pada bulan November dilanjutkan dengan tes tulis di Surabaya, yang hasil ujiannya dapat diketahui secara langsung setelah ujian selesai.
''Saya lumayan surprise karena hasilnya sudah keluar di hari yang sama, setelah itu saya menunggu sertifikatnya keluar. Kurang lebih menunggunya sekitar 2 minggu,'' bebernya.
Selepas mendapatkan sertifikat kelulusan, tahapan seleksi dilanjutkan dengan pembekalan di Jakarta selama 2 hari, untuk kemudian pengumuman penempatan peserta adaptan.
''Saat ini, saya sudah 2 bulan disini (RSUD Otanaha), dan telah mendapatkan STR pada awal Januari,'' imbuhnya.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RSUD Otanaha, drg. Zohra mengatakan pihaknya merasa sangat terbantu dengan hadirnya dokter adaptan spesialis obgyn.
Salah satunya saat proses persalinan bayi kembar Januari lalu. dengan kondisi bayi MCMA (monochorial (satu plasenta) dan monoamnial (satu ketuban)) dengan presentasi kepala dan bokong. Dengan menggunakan teknik persalinan tertentu, ibu dan kedua bayi dapat lahir dengan selamat.
''Kami sangat terbantu, terima kasih Kemenkes yang telah membantu memenuhi dokter obgyn di RSUD Otanaha. Semoga dokternya bisa betah disini, walaupun dengan keterbatasan alat dan sarana prasarana,'' kata drg. Zohra.
Sebelum adanya dokter adaptan, dokter spesialis obgyn di RSUD Otanaha sempat kosong dalam beberapa waktu. Dua dokter obgyn yang bertugas telah mengundurkan diri.
''Waktu itu saya nekad ke Jakarta untuk menyampaikan masalah ini ke Kementerian Kesehatan. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami diberitahu bahwa ada dokter spesialis obgyn lulusan luar negeri yang akan bertugas di sini,'' katanya.
drg. Zahro menambahkan, meski dr. Andreas adalah dokter adaptan namun dari segi penugasan pada prinsipnya sama dengan dokter lainnya. Kalaupun ada perbedaan sifatnya sangat kecil.
Perbedaan tersebut yakni, khusus untuk dokter Andreas selama proses adaptasi didampingi dan dibimbing langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669.
Baca Juga
#Gan | Kemenkes
No comments:
Post a Comment