Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Hari Minggu Prapaskah keempat kita kenal pula dengan sebutan Minggu Laetare atau Minggu Sukacita. Sebab, kita diberikan kesempatan mengalami kasih Allah yang lebih utuh dalam pertobatan.
Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Bacaan Injil pada Hari Minggu Prapaskah IV ini, mengisahkan Yesus yang menyembuhkan seorang buta pada hari Sabat. Tindakan Yesus ini mendapat kecaman dari orang-orang Farisi yang hidup dalam Hukum Taurat. Mereka menilai Yesus tidak menilai Hari Sabat karena perbuatannya itu. Bahkan ketika mendengar pernyataan orang buta yang disembuhkan itu mengenai tindakan Yesus, orang-orang Farisi justru sibuk memberikan justifikasi terhadap “dosa” Yesus dan orang itu.
Orang yang disembuhkan Yesus dalam bacaan tersebut menerima penglihatan yang telah membelenggunya karena dianggap terlahir dalam dosa. Selain itu, ia juga menerima kehadiran dan kuasa Allah atas dirinya. Setelah menerima mukjizat itu, ia melihat dengan matanya dan imannya. Meskipun harus diusir oleh orang-orang Farisi karena dinilai sebagai pendosa, ia tidak kehilangan rasa syukur atas kehidupan baru yang diterimanya.
Kita juga bisa buta. Aturan-aturan hidup yang membentuk keseharian manusia bisa menjadikan kita buta. Situasi-situasi khusus lain yang membelenggu juga bisa menjadikan kita buta. Kita bisa mengabaikan martabat orang lain karena kepentingan-kepentingan pribadi yang dianggap lebih berharga. Sentimen pribadi yang menyelimuti cara berpikir bisa membawa kita pada keputusan yang merugikan orang lain. Selain itu, ketika sedang menderita sakit atau mengalami peristiwa hidup yang berat, kita juga bisa mengalami kebutaan karena terjebak dalam kesedihan atau keputusasaan.
Terang Kristus adalah panduan utama bagi kita untuk melihat, dengan mata maupun dengan hati. Pertobatan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat kita merasa dipulihkan dari kebutaan, bangkit dari kelumpuhan, dan mengalami berbagai rahmat Allah yang diberikan untuk kita. Pertobatan tidak hanya berhenti pada penyesalan ataupun beroleh pengampunan, namun lebih daripada itu. Dalam prosesnya, pertobatan harus disertai dengan kesediaan untuk meninggalkan cara hidup yang lama dan kembali ke jalan Tuhan. Pertobatan berimplikasi pada pemulihan hubungan dengan Allah dan juga sesama.
Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Sebagai umat kristiani, hendaknya kita tidak hidup dalam kebencian, kita tidak hidup untuk saling menghakimi satu dengan yang lain. Kita memahami bahwa aturan-aturan yang dibuat oleh manusia sering kali bertentangan dengan kasih Allah. Jika demikian, kita akan menjadi buta terhadap warta keselamatan Kristus.
Sebagai umat beriman, hendaknya kita diundang untuk meneladan sikap Tuhan, dengan berbelas kasih dan mengampuni sesama kita. Oleh karena itu, marilah kita hidup berdampingan untuk saling mengasihi dan melindungi sebagai bentuk perwujudan Kerajaan Allah di tengah dunia.
A.H. Yuniadi (Kasubdit Penyuluhan)
No comments:
Post a Comment