Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Sunday, April 2, 2023

Mimbar: Yesus Adalah Terang di Tengah Kegelapan 2023

Pdt. Natan Jurnawan M.Si. (GYAE – Jesus Christ Community)

Kita bersyukur bahwa kita telah melewati tahun 2022 dan sekarang telah memasuki tahun 2023. Banyak pakar-pakar ekonomi, politik, sosial dan budaya; yang memprediksi bahwa 2023 adalah tahun yang sangat berat untuk kita hadapi. Termasuk badan sekelas dunia, yakni PBB dan IMF (International Monetary Fund), juga memprediksi bahwa tahun ini dunia akan mengalami krisis ekonomi yang sangat parah.

Bahkan dari hasil analisa data, krisis ekonomi yang akan melanda dunia, kondisinya akan lebih buruk dari krisis ekonomi tahun 1998. Saat ini, sudah ada beberapa negara yang telah menjadi pasien IMF dan di belakangannya sudah ada sekitar 40 negara yang sedang ikut antri untuk mendapatkan suntikan dana dari IMF atau Dana Moneter Internasional itu.

Badan-badan dunia, baik PBB, IMF, maupun Bank Dunia (World Bank); sepakat menyebut bahwa 2023 adalah “Tahun Kegelapan”. Artinya, secara ekonomi tahun ini akan sangat berat. Krisis ekonomi akan sangat berdampak dalam segala sendi kehidupan manusia. Karena semua aktifitas dalam hidup manusia bertumpu pada pergerakan ekonomi, baik dalam skala rumah tangga, nasional maupun internasional.

Tentu penyebab terjadinya kristis adalah dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019. Virus Corona yang sudah melanda dunia lebih dari tiga tahun, kita tidak tahu sampai kapan, baru benar-benar dinyatakan aman dan virus tersebut bisa dikendalikan sepenuhnya di seluruh dunia. Walaupun pemerintah Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah resmi dicabut di Indonesia mulai Jumat, tanggal 30 Desember 2022.

Dicabutnya PPKM di Indonesia, bukan berarti virus Corona sudah hilang dari muka bumi di Indonesia. Pencabutan tersebut didasarkan pada alasan Presiden Jokowi menilai perkembangan kasus virus corona di Indonesia telah mengalami tren penurunan kasus dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, Jokowi melihat imunitas atau antibodi penduduk Indonesia terhadap Covid-19 sudah tinggi. Imunitas itu didapatkan baik melalui pemberian vaksin virus corona maupun imunitas pasca terinfeksi. Dengan demikian, tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pembubaran saat terjadi kerumunan.

Perlu diketahui bahwa dengan dicabutnya PPKM, juga bukan berarti masalah dari dampak Covid-19 ini selesai. Untuk pemulihan dampak dari Covid-19, terutama dari segi sosial dan ekomomi memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya. Tahun 2023 disebut sebagai Tahun Kegelapan, adalah salah satu dampak panjang dari Covid-19.

Sebagai manusia yang hidup di bumi ini, tentu berita-berita yang beredar baik di media cetak maupun media elektronik, sangat mempengaruhi beban mental dan pikiran kita. Sehingga, timbul kekuatiran dan ketakutan dalam menjalani hari lepas hari sepanjang 2023. Apa lagi, mungkin saat ini usaha dan pekerjaan yang kita jalankan sedang mengalami masalah atau kesulitan.

Namun sebagai umat Kristen, kita memiliki Tuhan yang hidup. Ada janji-janji yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita sebagai pengikut-Nya. Yesus berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat. 11:28). Tuhan Yesus memberikan tawaran bagi siapapun yang percaya kepada Dia, akan mendapatkan kelegaan. Tawaran Tuhan ini dilandasi kesanggupanNya sebagai Allah Yang Maha Kuasa untuk mengatasi segala masalah, kesulitan dan beban hidup yang kita hadapi.

Syarat untuk mendapatkan pertolongan dari Tuhan Yesus adalah, kita harus datang dan mendekat kepada Dia. Karena itulah Tuhan Yesus berkata: “Marilah kepada-Ku”, maksudnya adalah datang dan mendekat kepada Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Yakobus, jika kita mendekat kepada Allah, maka Allah juga akan mendekat kepada kita (Yak. 4:8).

Salah satu dampak dari Covid-19 yang melanda dunia - termasuk Indonesia adalah - diberlakukannya pembatasan dalam aspek sosial masyarakat. Maka pemerintah Indonesia beberapa kali memberlakukan pembatasan sosial, antara lain: Pembatasan sosial berskala besar (PSBB); New Normal; PSBB Transisi, salah satunya seperti membolehkan kantor untuk work from office (WFO); Pemberlakuan Pembatasan Kegaitan Masyarakat (PPKM); PPKM Darurat; PPKM Level 1-4.

Semua istilah dan kebijakan itu terpaksa dilakukan pemerintah Indonesia untuk menghindari penerapan yang lebih ketat, yakni “Lockdown”. Pengaturan Lockdown ini diberlakukan oleh sebagian negara di dunia, terutama di RRC. Namun dampak dari Lockdown itu sangat parah, karena masyarakat benar-benar dikunci di dalam satu wilayah. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya tidak bisa saling berhubungan. Semua akses jalan ditutup. Akibatnya kegiatan ekonomi (traksaksi jual-beli) di masyarakat mengalami kelumpuhan total.

Karena ada pembatasan bersosial dalam masyarakat, maka pertemuan-pertemuan dan kumpulan massa sangat dihindari. Salah satunya adalah kegiatan ibadah. Dalam waktu cukup panjang, rumah-rumah ibadah itu ditutup, sehingga kegiatan ibadah berhenti total. Sebagai umat Kristen yang biasa beribadah pada hari Minggu, juga harus berhenti. Berhentinya kegiatan ibadah tentu sangat berpengaruh pada pertumbuhan iman jemaat. Karena Covid-19 bukan hanya berdampak secara jasmani atau lahiriah; namun juga berdampak secara rohani. Tidak adanya kegiatan ibadah, mengakibatkan hubungan jemaat dengan Tuhan yang disembah semakin jauh. Apalagi bila secara pribadi, jemaat tidak pernah berdoa dan beribadah di rumah masing-masing.

Dengan mulai terkendalinya Covid-19 di Indonesia. Sudah waktunya umat Kristen (Katolik dan Protestan), memulai membangun kembali jalinan keintiman dengan Sang Pencipta. Terutama di tahun 2023, yang merupakan tahun penuh tantangan, tahun penuh kesulitan, tahun krisis multidimensi dan tahun yang diliputi oleh kegelapan.

Solusi yang Tuhan berikan kepada kita sebagai umat Kristen agar kita dapat melewati tahun kegelapan ini adalah mendekat dan berjalan bersama dengan Tuhan Yesus. Karena Yesus adalah terang dunia. Dalam Injil Yohanes 8:12, Tuhan Yesus berkata: “..."Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Sebagai pimpinan organisasi, baik yang berskala nasional, regional maupun lokal. Baik yang bekerja di kantor pemerintahan (Dirjen Bimas Kristen dan staff pegawai); maupun hamba-hamba Tuhan yang melayani di Sinode dan gereja lokal masing-masing. Kita mempunyai tugas yang sama, yakni memberikan kekuatan iman, ketenangan batin dan menanamkan pengertian agar tetap erat bersekutu dengan Tuhan dalam menjalani tahun kegelapan yang sedang terjadi di tahun 2023.

Mengikuti Tuhan agar tidak berjalan dalam kegelapan. Karena Yesus adalah terang dunia yang akan membantu dan menerangi jalan kita di tahun 2023. Mengikut Tuhan berarti tidak jauh dari Tuhan. Karena semakin jauh kita dari Tuhan semakin gelap sekeliling kita. Di dalam kegelapan itulah kita bisa salah jalan, tersesat dan terjatuh dalam lubang dan jurang yang akan mencelakakan kita. Mendekat kepada Tuhan salah satu wujud nyata adalah tidak menjauhkan diri dalam ibadah-ibadah. Apalagi sejak Covid-19 sudah mulai terkendali dan kita telah memiliki kesempatan untuk berkumpul dan beribadah bersama:

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibr. 10:25).

Akhir kata, semoga bersama Tuhan Yesus, Sang Terang Dunia. Kita dapat melewati tahun yang diliputi kegelapan dalam segala aspek kehidupan.

Pdt. Natan Jurnawan M.Si. (GYAE – Jesus Christ Community)

Baca Juga

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Kamis 19 Desember 2024"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS