"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51).
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Hari Minggu ini, 11 Juni 2023, Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Hari raya ini ditetapkan oleh Paus Urbanus IV pada 8 September 1264 yang isinya memaklumkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap tahun pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Namun, berpedoman Kanon 1246 poin 2, KWI menetapkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Tuhan dirayakan pada hari Minggu kedua setelah Hari Raya Pentakosta atau hari Minggu pertama setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus (indonesianpapist.com).
Bacaan yang diambil pada kesempatan Minggu ini adalah Injil Yohanes 6:51-58. Injil Yohanes pasal 6 secara umum bertemakan makanan, diawali makanan jasmani dan kemudian memuncak pada makanan rohani, yakni Yesus sendiri Sang Roti Hidup. Dimulai dari Yesus menggandakan roti, memberi makan untuk lima ribu orang lebih, kemudian Yesus menyingkir namun tetap dicari orang banyak. Sabda Yesus tentang Roti Hidup yang menurut penilaian orang banyak menjadi Sabda yang keras. Dan kemudian ditutup dengan pengakuan Petrus: “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”.
Pengajaran Yesus tentang diri-Nya sebagai Roti Hidup telah tuntas. Ia adalah roti hidup yang telah turun dari surga untuk memberi hidup kepada dunia. Roti yang diberikan-Nya adalah daging-Nya sendiri. Barangsiapa makan daging-Nya dan minum darah-Nya, ia mempunyai hidup yang kekal. Perkataan Yesus tersebut mesti kita tempatkan dalam konteks yang tepat, yakni perjamuan Tuhan. Tanpa konteks yang tepat, “makan daging” dan “minum darah” akan menghadirkan kengerian dan pemahaman yang keliru. Dan inilah yang sepertinya dipahami oleh beberapa pendengar Yesus saat sabda ini dikatakan.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Sabda Yesus itu sebenarnya hendak mengarahkan kita pada pemahaman bahwa partisipasi dalam perjamuan Tuhan membuat kita secara berangsur-angsur ambil bagian dalam kehidupan kekal. Kehidupan kekal yang dimaksud adalah relasi yang mendalam dengan Kristus.
Yesus mengajak orang-orang untuk menyadari kehadiran Sang Ilahi, yaitu diri-Nya sendiri, di dunia ini melalui tanda-tanda, karya-karya-Nya yang baik, dan pengajaran-Nya. Yesus juga mengajak mereka untuk percaya pada-Nya.
Dengan percaya kepada Kristus, kita menerima hidup rohani dan mengambil bagian dalam manfaat penebusan dari kematian-Nya di kayu salib. Kita akan memiliki hidup rohani selama kita tetap bersatu dengan Kristus dan Sabda-Nya, seperti dikatakan, "Perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup." Demikianlah kita mendapat bagian dalam Kristus selama kita terus beriman kepada-Nya dan menerima firman-Nya dengan sungguh.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada awal Injil Yohanes, dikatakan bahwa Yesus adalah Firman yang Hidup. Kemudian dalam pasal 6, Yesus menyebut diri-Nya "Roti Hidup" (Yohanes 6:35) sedangkan pada bagian yang lain Dia menghubungkan roti ini dengan Firman Allah, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Matius 4:4). Oleh karena itu, dengan kita memakan tubuh-Nya, kita tetap tinggal di dalam Dia sambil menerima dan menaati firman Allah (ayat Yoh 6:63). Firman dan santapan rohani itu didapat saat kita merayakan ekaristi. Bukan hanya sekadar datang dan memenuhi kewajiban, namun dengan sadar memenuhi undangan-Nya, mendengarkan Sabda-Nya, dan menimba kekuatan batin dengan makan Tubuh Kristus.
Gregorius Heri Eko Prasojo (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Bangka Belitung)
No comments:
Post a Comment