Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Setiap orang ingin mengalami atau merasakan hidup dalam kebahagiaan, hidup damai sejahtera, bahagia lahir dan batinnya, baik di dunia ini dan kelak di Surga. Setiap melakukan pekerjaan apapun dan di mana pun, harapannya dapat berjalan dengan baik, lancar, berhasil, dan sukses. Intinya, setiap orang ingin bebas dari segala bentuk penderitaan dalam kehidupannya.
Apakah harapan seperti itu realistis? Tentu tidak! Karena, kita sekarang masih hidup dalam kedagingan dan dunia yang fana. Ketika masih hidup di dunia, maka pengharapan pembebasan manusia dari setiap pergumulan yang membelenggu kehidupannya tentulah tidak dapat terwujud, karena justru yang terjadi sebaliknya. Realitanya, bagaikan dua sisi dalam satu mata uang, maka banyaklah tantangan, beban berat, dan penderitaan yang harus ditanggung dan dihadapi oleh manusia, selain juga kebahagiaan yang dialami dan dirasakan dalam kehidupannya yang juga sementara sifatnya.
Ketika menghadapi situasi dan kondisi penderitaan beban berat tersebut, kemudian dapatlah orang berputus asa, kehilangan arah dan harapan, bingung entah mau berbuat apa dan bagaimana, merasa kecewa, hingga kesedihan yang mendalam dan akhirnya depresi yang kemudian tidak ingin melakukan apapun lagi dalam hidupnya. Karena, ia merasa bahwa hidupnya tidak memiliki makna atau arti lagi. Sehingga yang terjadi, “tampaklah secara fisik orang itu hidup, tetapi secara rohani ia sudah mati”.
Ketika mengalami beban kehidupan yang sedemikian itu, maka orang tidak boleh kalah terhadapnya, apalagi sikap yang diambil yang kemudian akan merusak dan menghancurkan imannya. Dan ketika iman seseorang itu telah hancur dan rusak, maka orang tidak dapat lagi melihat cahaya kebenaran dan menatap pengharapan akan adanya jalan keluar, way out, apalagi mau memasrahkan berbagai pergumulannya kepada Tuhan. Inilah yang berbahaya. Lalu bagaimana atau mau kemanakah kita mengadu?
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Kabar sukacita atau gembira hari ini ialah Tuhan Yesus mengundang siapapun mereka yang mengalami dan merasakan beban berat pergumulan apapun dalam hidupnya untuk datang dan menimba kekuatan yang baru daripada-Nya: ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Matius 11:28-30). Apakah maknanya undangan Tuhan Yesus ini bagi orang yang mengalami pergumulan beban berat atas kehidupannya?
Pertama, Allah yang adalah kasih di dalam Yesus Kristus selalu membuka diri-Nya dan mengundang siapapun mereka yang terluka dan menderita, serta berbeban berat dalam kehidupannya untuk tidak ragu datang meminta pertolongan dan kekuatan kepada-Nya kapanpun dan di mana pun. Di dalam Yesus Kristus senantiasa tersedia dan mengalir rahmat kekuatan, berkat pertolongan, dan karunia penyembuhan serta daya pembebasan sejati dari hal apapun yang membelenggu hidup manusia. Tuhan Yesus akan membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati manusia, supaya dengan-Nya manusia memiliki terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak dalam Kristus.
Kedua, sebagai manusia yang lemah karena dosa asal yang melekat di dalam kehidupannya, maka Tuhan Yesus meminta agar kita dapat belajar untuk memahami dan mengerti rencana dan kehendak Allah Bapa-Nya sejak awal penciptaannya, yakni diciptakannya manusia untuk hidup bahagia dan sejahtera serta hidup abadi dalam kerajaan-Nya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh membiarkan dirinya dihancurkan oleh apapun beban berat kehidupan yang dihadapinya. Justru di dalam kelemahan dan penderitaan manusia itulah akan tampak nyata kekuatan dan pertolongan Allah. Karena dosa asal, maka manusia terluka dan condong kepada dosa dan sifat buruk. Karena itu hendaklah kita selalu bermohon rahmat terang, harus menimba kekuatan dalam Sakramen-sakramen dan harus bekerja sama dengan Roh Kudus dan mengikuti ajakan-Nya untuk senantiasa beriman, berpengharapan, dan memiliki kasih sejati kepada Allah di dalam Kristus.
Ketiga, manusia semasa hidup dalam dunia yang fana ini akan selalu jatuh di dalam dosa dan penderitaan yang disebut beban-beban berat kehidupan. Maka, kita tidaklah mungkin akan menjadi manusia yang akan bebas dari semua beban berat kehidupan. Sebagai orang Kristiani, maka ketika kita mengalami pergumulan hidup yang seberat apapun, maka kita harus menyerahkannya kepada Tuhan Yesus, agar Ia memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita agar bisa menanggung semuanya itu tanpa menjadi berat lagi, “karena kuk yang ditanggungkan kepada kita oleh-Nya itu enak dan bebannya menjadi ringan”. Mungkinlah beban akan masih ada, tetapi kemudian akan menjadi ringan karena tanggapan dan sikap yang benar yang kita lakukan dengan berserah dan datang kepada Kristus. Demikianlah akhirnya, pergumulan kehidupan yang kita alami sebagai beban yang berat akan menjadi beban yang ringan. Karena Kristus telah memberikan kelegaan atas pergumulan beban berat kehidupan kita. Dan dalam setiap mengalami pergumulan kehidupan yang berat itulah, menjadi suatu kesempatan bagi kita untuk dapat bertumbuh dalam iman, pengharapan, dan kasih kepada Allah. Inilah suatu keutamaan Kristiani yang seharusnya menjadi sumber atau pokok jalan keluar bagi setiap orang Kristiani, ketika menghadapi setiap persoalan atau pergumulan kehidupan.
Keempat, bersikap rendah hati. Pemahaman duniawi tentang apa dan siapa yang bijak dan pandai sering dilekatkan kepada kemampuan diri manusia sendiri (yang dihubungkan dengan jabatan dan kekuasaan dunia). Sementara, pandangan adikodrati tentang apa dan siapa “yang bijak dan pandai” selalu tertuju atau terarah kepada mereka yaitu siapapun yang memiliki keugaharian sikap kerendahan hati. Orang yang rendah hati, selalu tidak menganggap dirinya penting apalagi mau disanjung dan ingin dipuja-puji serta dilayani, melainkan orang yang selalu memahami dan berpasrah kepada kehendak Allah bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupannya dan dilakukannya yang baik berasal dan merupakan prakarsa, karya, dan kehendak Allah semata-mata. Maka, bersama-sama dengan Yesus, kita memuji dan “mengucap syukur kepada Bapa-Nya di surga, sebab Ia telah menyatakan rahasia tentang-Nya kepada kaum hina dina yang kecil dan bodoh menurut pemahaman umum (khususnya para pejabat yang memiliki kuasa dan sombong) dan oleh karena itu, Bapa telah menyembunyikannya dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (utamanya para pejabat yang merasa dan memandang dirinya memiliki kuasa dan sombong), yang disindir-Nya sebagai orang-orang yang “bijak”. Kerendahan hati merupakan keutamaan Kristiani yang seharusnya menjadi sumber atau pokok jalan keluar bagi setiap orang Kristiani, ketika menghadapi setiap persoalan atau pergumulan kehidupan.
Kelima, pada akhirnya bahwa di dalam setiap penderitaan (apapun), kita dapat menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Roma 8:7) serta dalam kelemahan, kesusahan, dan penderitaan yang kita tanggung akan membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus Yesus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh kita (2 Korintus 4:8-11). Marilah kita datang hanya kepada Tuhan Yesus Kristus setiap kali memikul beban berat kehidupan dan menyerahkan segala persoalan dan pergumulan berat kehidupan kita kepada-Nya, karena semuanya akan ditanggung dan dihapuskan oleh-Nya dengan rahmat dan karunia-Nya melalui Roh Kudus-Nya, sehingga kita beroleh “kelegaan, pembebasan, dan penyembuhan-Nya”. Amin.
Fransiskus Karyanto (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Jawa Tengah)
No comments:
Post a Comment