Om swsatyastu. Om Anobhadrah Krtawoyantu wiswatah. Umat sedharma yang berbahagia. Mimbar Hindu pekan ini mengangkat Tema “Bunuh Diri dalam Pandangan Hindu”
Umat sedharma. Dalam ajaran Hindu, lahir sebagai manusia sungguh sulit diperoleh. Bahkan, mendapat kesempatan lahir sebagai manusia, diibaratkan seperti kilap. Dalam sastra suci Sarasmuscay disebutkan “kadi kedaping Tatit”. Selain itu, lahir sebagai manusia sungguh utama jika dibandingkan mahkluk lainnya yang diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi.
Umat sedharma. Kita telah mendapatkan kesempatan lahir, hidup, kemudian mengalami suka, duka, dan pasti nantinya menemui kematian. Kematian tersebut itu pasti, kita tidak dapat terhindar dari hal itu. Jika sudah waktunya, kita pasti kembali ke asal.
Umat sedharma. Dewasa ini, sering ada berita tentang saudara kita yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh kita sayangkan, bahkan kita merasa sedih dengan keadaan tersebut. Lalu Apakah yang menyebabkan terjadinya hal bunuh diri?
Umat sedharma. Bunuh Diri adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk menghilangkan nyawa sendiri sebagai sebuah jalan pintas, yang menjadi penyebab sang roh yang nantinya dapat masuk ke dalam alam Neraka yakni : di lapisan sapta petala, khususnya pada lapisan Talatala yang diliputi kebencian, kemarahan, dan kesengsaraan berkepanjangan.
Banyak penyebab terjadinya perbuatan fatal itu. misalnya: kondisi psikis, emosi, mental dan spiritual seseorang kurang tangguh, tidak kokoh dan tidak kuat, maka tindakan seperti itu tidak akan terjadi. Padahal kita juga tahu dan sadar, bahwa terlahir menjadi manusia merupakan kesempatan yang amat langka, dan merupakan kesempatan yang baik untuk merubah perbuatan yang buruk menjadi perbuatan yang baik dan benar
Tetapi kesadaran ini sering terabaikan. Untuk itu, kita perlu merenung kembali, tentang hakikat keutamaan kita sebagai manusia.
Bunuh diri juga dapat dikatan sebagai perbuatan yang termasuk bukan elegan untuk dapat menyelesaikan masalah. Karena pada dasarnya, seberapapun buruknya permasalahan dan pikobet-pikobet yang ada dalam kehidupan ini, hendaknya janganlah sampai kehilangan kasih sayang untuk mencapai tujuan tertinggi yaitu moksa sebagai kebahagiaan di dunia ini dan akhirat pada nantinya yang kekal abadi.
Sejatinya kehidupan itu merupakan sesuatu yang indah untuk dijalani, bukan? Dalam Geguritan pupuh Sinom disebutkan:
Hidupe mondong samsara, mangkin hidup esok mati… Hidup ini tidak lepas dari samsara, dimana ada rasa suka, duka dan lara pati, kematian pasti, sehingga dengan pemahaman tersebut diharapkan nantinya akan membawa keselamatan menuju kesadaran semesta.
Umat sedharma. Sebagai Hindu yang umatnya mengusung tinggi hukum karma, dikatakan juga bahwa janganlah lakukan hal bunuh diri itu. Kenapa? Karena saat hari ini kita tidak dapat menuntaskan tugas dengan meniadakan atman dalam diri, maka dalam kehidupan mendatang masalah yang tertunda akan muncul lagi.
Apalagi dalam aspek normatif agama, bunuh diri dalam pandangan Hindu disebutkan: Sang roh yang tubuhnya meninggal dengan cara bunuh diri akan berada di alam kegelapan (asurya loka). Menjadi sangat lama sekali sang roh tersiksa seperti itu.
Mereka yang meninggal dengan sengaja menghilangkan nyawanya ini, juga disebut ulah pati, ulah pati dianggap hal yang sangat berdosa. Dalam Manawa Dharma Sastra, dijelaskan juga bahwa dosa ini juga akan menular untuk mereka yang ngentas dan mereka yang mengambil mayatnya. Kasarnya, yang berdosa akan dapat menularkan dosa pula.
Sehingga untuk menghindari hal seperti itu, karena banyaknya pikobet dan permasalahan yang ada untuk tidak melakukan hal seperti ini, bahwa pengawasan keluarga adalah hal yang paling penting dilakukan. Sebab, zaman sekarang, orang sudah banyak masuk ke ranah pribadi. Mereka lemah dan kurang membangun komunikasi sosial dengan baik. Sehingga hendaknya kita harus hati-hati dan dibutuhkan sebuah ruang untuk keluarga bercengkerama.
Keberhasilan dan kegagalan yang dialami manusia kadangkala juga membuat orang lupa akan kesadaran menjadi manusia. Keberhasilan akan dapat membuat orang menjadi takabur, angkuh, sombong (atau memiliki sikap darpa dalam dirinya). "Namun sebaliknya kegagalan kadang-kadang datang sebagai kenyataan hidup yang harus dijalani bagi orang yang tidak siap dan goyah keyakinannya sehingga kegagalan bisa berakibat fatal, tidak jarang ada orang yang frustasi, rendah diri, stres, hilang semangat hidup dan bahkan bunuh diri."
Dalam hal ini, Kitab Sarasamuccaya 4 juga telah memberikan tuntunan kepada kita sebagai umat Hindu bahwa Reinkarnasi atau penjelmaan ini pada dasarnya merupakan jembatan emas untuk bisa lepas dan bebas dari lautan penderitaan melalui perbuatan baik; Untuk itu, manfaatkanlah menjelma menjadi manusia dengan baik sebab penjelmaan sebagai manusia sangat sulit didapat meskipun hina atau menderita, janganlah hal itu dijadikan alasan untuk mengambil jalan pintas untuk bunuh diri.
Bunuh diri menyebabkan sang Roh tidak akan menemukan cahaya, tidak ada jalan keluar dan tidak ada apa-apa hanya ada kegelapan; dan perbuatan tersebut tidak dibenarkan.Mari kita saling mengingatkan, hidup saling mengasihi. Rahayu. Om santih santih santih Om
Ni Nengah Rasmiasti, S.Ag., M.Pd.H (Rohaniwan Hindu)
No comments:
Post a Comment