Ilustrasi
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Bacaan Injil hari ini merupakan bagian dari konteks “Pengajaran Yesus di dalam Bait Allah” (Matius 21:23; 22:14).
Dikisahkan bahwa ketika Yesus memberikan pengajaran di Bait Allah, datanglah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi untuk bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” (Matius 21:23).
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menggugat rangkaian tindakan Yesus di Yerusalem. Menyikapi hal itu, Yesus bertanya balik kepada mereka, “Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?” (Matius 21:25).
Tanggapan Yesus ini sulit untuk dijawab oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Jika menjawab dari manusia, mereka takut dengan orang banyak yang menganggap Yohanes adalah seorang nabi. Sebaliknya, jika menjawab dari sorga, Yesus tentu akan berkata: mengapa kalian tidak percaya kepada Yohanes? Akhirnya, mereka tidak memilih salah satu opsi jawaban itu dan memberikan jawaban yang relatif aman yakni “kami tidak tahu”.
Celah ini digunakan oleh Yesus untuk memberikan pengajarannya melalui tiga perumpamaan: tentang dua orang anak (Matius 21:28-32), tentang penggarap-penggarap kebun anggur (Matius 21:33-46), dan tentang perjamuan kawin (Matius 22:1-14). Salah satu dari ketiga perumpamaan inilah yang menjadi bahan refleksi kita hari ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus dalam teks Injil hari ini ditujukan secara langsung kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi (Matius 21:45). Tuan tanah dalam perikop ini merujuk pada Tuhan dan kebun anggur itu adalah umat Israel. Hal ini mengingatkan kita pada sabda Yesus yang mengatakan, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya” (Yohanes 15:1).
Sebagai pemilik kebun anggur, Tuhan menitipkan harta-Nya ini kepada para penggarap-penggarap kebun anggur. Para penggarap ini merupakan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka dipercayai kebun anggur (umat Israel) itu untuk dirawat hingga berbuah banyak. Namun, hal ini ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Tuhan.
Pada saat musim petik, Tuhan mengutus utusan-Nya untuk mendapatkan hasil panenan itu. Para utusan ini adalah para nabi terdahulu. Sayangnya, para penggarap ini malah mengusir para utusan. Lebih parahnya lagi, bahkan ada utusan yang sampai dibunuh dengan keji (bdk. Ibr 11:37). Hingga akhirnya Sang Empunya kebun anggur mengutus Putera-Nya sendiri, yakni Yesus Kristus, dengan harapan bahwa para penggarap itu akan segan dengan Putera Sang Tuan Tanah. Tetapi, para penggarap lalim itu malah tetap berbuat jahat dengan membunuh Putera Sang Tuan Tanah.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Setelah mengupas sedikit tentang perikop ini, pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita masing-masing masih seperti penggarap kebun anggur yang lalim? Atau apakah kita mau menjadi penggarap kebun anggur yang baik?
Gereja adalah kebun anggur kepunyaan Allah. Banyak hal yang bisa kita buat untuk merawat kebun anggur Allah ini. Dengan aktif dalam kehidupan menggereja, baik itu menjadi pengurus stasi/rukun, prodiakon, dan lainnya, kita sudah ambil bagian dalam merawat dan melestarikan iman Katolik.
Dengan menjadi warga negara yang baik – misalnya hidup baik di tengah masyarakat, mengamalkan moderasi beragama, dan lainnya, kita sudah ambil bagian dalam karya kerasulan untuk menjadi garam dan terang dunia. Semoga bacaan hari ini memberikan inspirasi bagi kita untuk hidup yang semakin baik dari hari ke hari. Semoga Roh Kudus membantu kita semua. Amin.
Matius Panti (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Sulawesi Tengah)
No comments:
Post a Comment